Kilas Tokyo Tribun Timur
Ketika Inflasi Menaik
Kadang harus bawa tas lumayan besar karena plastik belanja harus berbayar. Alokasi besar uang belanja mingguan sudah ada limitnya.
Oleh:
Muh Zulkifli Mochtar
Doktor alumni Jepang, bermukim di Tokyo
TRIBUN-TIMUR.COM - Ada hal terasa berbeda di Jepang belakangan ini. Terkhusus untuk ibu rumah tangga seperti istri saya - pengemban tugas belanja keperluan rumah tangga.
Istri biasanya belanja seminggu sekali hari sabtu untuk semua keperluan mingguan.
Kadang harus bawa tas lumayan besar karena plastik belanja harus berbayar. Alokasi besar uang belanja mingguan sudah ada limitnya.
Tidak heran, diakhir minggu jenis makanan selalu ramai beragam, tapi menjelang kamis – jumat masuk sudah periode ‘menu hemat’.
Ya, akhir akhir ini istri mengeluh luar biasa - harga semakin menaik. Jumlah barang belanjaan mingguan pun mengurang.
Ujung ujungnya, ada jenis ikan kesukaan saya semakin jarang terlihat di meja. Berat dari segi anggaran, alasan istri.
Beberapa tahun lalu, jika kami beli roti, snack atau puding di convenience store – image harga berkisar 100 yen sekitar 10.500 rupiah.
Belakangan tidak lagi. Banyak snack kesukaan anak harga menaik. Lembaran 1000 yen kini hanya bisa beli beberapa barang saja.
Menurut data Internal Affairs Ministry, meski sudah turun 0,2 poin dibanding bulan sebelumnya, Japan's consumer price Index termasuk fresh food tetap lebih tinggi 3.1 persen dibanding tahun sebelumnya. Seperti ditulis NHK, indeks untuk makanan selain fresh items naik hingga 9.2 persen.
Harga serba menaik, terutama telur.
Carbonated drinks juga naik 16.4 persen, hamburgers 14 persen dan freeze-dried soup melonjak 13.7 persen. Yang paling tahu biasanya para ibu ibu penanggung jawab dapur rumah.
Menurut CNN, inflasi diakibatkan tingginya biaya impor, harga bahan baku, efek pandemi Covid 19, juga perang Rusia - Ukraina.
Banyak negara maju mengalami problem sama. Consumer price di Inggris misalnya lebih parah lagi inflasi mencapai 6,8 persen. Perancis 5,1 persen. Jerman juga mencapai 6,2 persen.
Lalu mengapa istri mengeluh? Karena harga kebutuhan rumah tangga di Jepang cenderung sama selama beberapa dekade.
Saya merasakan harga makanan tahun 2020 dan 20 tahun lalu tidak beda. Untuk menu lunch sederhana misalnya di Tokyo tetap berkisar 700-900 yen.
Masyarakat Jepang akhirnya sudah terbiasa harga stabil dan Inflasi rendah.
Ketika inflasi tinggi muncul, kenaikan harga seakan sangat terasa. Apalagi nilai Yen juga merosot tajam terhadap dolar.
Barang impor bisa akan lebih mahal lagi.
Satu hal lagi, gaji rata rata juga tidak mengalami kenaikan selama lebih dari tiga dekade belakangan ini. Menurut data OECD, Average Annual wages tahun 2020 Jepang 38.515 USD, tidak beda jauh dengan tahun 1990. Padahal Perancis dan Inggris yang berada dibawal level Jepang tahun 1990 lalu, kini sudah 45.481 USD dan 47.147 USD.
Makanya kenaikan harga harga serasa mengerus keuangan rumah tangga. Untung saja PM Kishida tahun lalu segera bertindak cepat meminta perusahaan Jepang menaikkan gaji karyawannya.
Uniqlo, Honda, Nintendo, Sega, AEON menaikan gaji karyawannya. Perusahaan lain pun diyakini akan mengambil langkah sama.
Satu instrumen lain penyebab kenaikan inflasi akibat akibat pengaruh naiknya harga BBM. Rata-rata harga eceran telah melampaui angka 180 yen untuk kali pertama dalam 15 tahun.
Data Pusat Informasi Minyak, seperti ditulis NHK, Agustus lalu harga rata rata bensin reguler mencapai 185,6 yen atau 1,27 dollar per liter.
Naik selama 15 minggu berturut turut. Harga ini sudah melampai rekor sebelumnya pada Agustus 2008. Kemarin PM Kishida Fumio menyatakan akan mengambil langkah langkah memperluas subsidi untuk menjaga kenaikan harga BBM.
Jepang – juga seluruh negara di dunia, akan terus dicoba berbagai bencana alam, perang, kehancuran ekonomi dan banyak lagi.
Disinilah nilai penting kehadiran pemerintah.
Sejarah dunia akan mencatat apakah pemerintah sebuah negara aktif bekerja keras menyejahterakan rakyat, meminimalkan keresahan dan kekhawatiran warga.
Atau hanya sibuk mempertahankan supremasi kekuasaannya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.