Headline Tribun Timur
Dampak El Nino : Bone Soppeng Wajo Zona Merah!
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.
“Dikatakan zona merah karena wilayah tersebut sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk memproduksi padi,” ujarnya.
Untuk tetap menggeliatkan pertanian, kata Imran, maka pemerintah pusat mencanangkan luas tambah tanam untuk mengganti lahan-lahan pertanian yang tidak produktif.
Baca juga: Antisipasi Dampak El Nino, Mentan SYL Dorong Kalsel Jadi Penopang Pangan Nasional
Baca juga: BREAKING NEWS: Efek El Nino, Jeneponto Jadi Daerah Paling Panas dan Kering di Sulsel
Secara nasional, Kementerian Pertanian menarget 500 ribu hektar luas tambah tanam. Sulsel sendiri, kata Imran Jausi, akan menyiapkan 80 hektar lahan untuk luas tambah tanam.
"Kenapa perlu disiapkan karena lahan sawah yang terkena dampak El Nino harus ditutup dengan lahan baru supaya bisa tutupi produksi yang rusak," jelasnya.
Upaya lain yang dilakukan menghadapi El Nino ialah memperbaiki model pengelolaan air.
Terakhir, mempercepat proses penanaman yang biasanya dilakukan 3 pekan pascapanen, sekarang sudah bisa dilakukan 10 hingga 12 hari pascapanen.
Petani Garam
Rizki Yudha menambahkan, jika dilihat dari curah hujan bulanan, daerah paling kering berada di wilayah Sulsel bagian selatan, yakni Kabupaten Jeneponto.
Jika rata-rata suhu di Kota Makassar berada di 34- 35 derajat celcius, maka Jeneponto di atas rata-rata itu.
"Kalau di Jeneponto dimungkinkan lebih tinggi karena datarannya lebih dekat dengan pantai, antara 34-36 celcius," ungkapnya.
Fenomena El Nino ini juga membuat musim hujan mundur dari waktu biasanya.
Normalnya, pada Oktober sudah masuk musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke musim hujan.
Kemudian untuk musim hujan secara keseluruhan wilayah Sulsel normalnya terjadi pada November.
"Tapi karena ada fenomena El Nino, hujan diprediksi mundur. Tapi nanti akan dirilis kembali pada September prakiraan hujan di wilayah Sulsel," pungkasnya.
Petani Gowa
Di Kabupaten Gowa, petani menjerit akibat sawahnya yang kekeringan.
Jabir Daeng Ngemba (45), warga Kelurahan Pangkabinanga, Kecamatan Pallangga, Gowa, mengaku selama musim kemarau mengandalkan suplai air dari irigasi.
Namun, aliran air dari irigasi melalui tanggul kadang tidak mencukupi.(ami/say)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.