Opini Tribun Timur
Siapa yang Tidak Punya Aib?
Gegara dengkuran Salman "dishare", "diviralkan", memakai istilah sekarang, maka turunlah ayat 12 dari surat Al-Hujurat.
oleh:
M Qasim Mathar
Pendiri Pesantren Matahari di Mangempang Maros
TRIBUN-TIMUR.COM - Salman Al-Farisi, sahabat Nabi Muhammad, sehabis makan tertidur dan mendengkur. Dengkuran Salman dipergunjingkan oleh sahabat lainnya.
Gegara dengkuran Salman "dishare", "diviralkan", memakai istilah sekarang, maka turunlah ayat 12 dari surat Al-Hujurat.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."
Ayat Alquran di atas sangat jelas melarang suka berprasangka. Prasangka yang mungkin adalah dosa. Ayat itu juga melarang mencari-cari aib atau keburukan seseorang. Juga melarang bergunjing. Bergunjing malah diserupakan dengan memakan daging saudara yang sudah mati. Menjijikkan. Semangat Islam yang demikian itu mudah ditemukan di dalam kitab suci Alquran dan hadis.
Aib itu bukan hoax. Tapi fakta. Bahwa si Anu suka mendengkur, itu bukan hoax. Tapi memang fakta, bahwa si Anu itu suka mendengkur. Namun Alquran melarang aib si Anu itu "dishare", "diviralkan", "divideokan", digunjingkan...!
Ada hadis yang artinya: “Tidaklah seseorang melihat aib saudaranya lalu dia menutupinya, kecuali dia akan masuk surga.” (Hadis riwayat Thabrani).
Setiap orang memiliki aib (keburukan)nya masing-masing, untuk itulah Allah memerintahkan untuk menutupi "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan
adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutup (aib)nya dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhari Muslim).
Mengutip keterangan Ibnu Abdil Barr ketika menjelaskan hadis ini dan sejenisnya, dia berkata: "Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji, wajib baginya menutupinya, dan begitu juga ia wajib menutupi aib orang lain."
Membuka aib, sangat mungkin menjadi sebab penting rusaknya harmoni dan kedamaian di dalam masyarakat. Mencari-cari aib (keburukan) seseorang untuk diumbar dan digunjingkan di ruang publik, berpotensi melahirkan prahara di dalam masyarakat. Apalagi berbangga menggunjingkan aib.
Mari kita renungkan. Berapa besar porsi perbincangan di medsos tentang prasangka terhadap seseorang,
mengirangira kesalahan orang lain, dan menikmati pergunjingan aib seseorang? Bagaimana gerangan kalau percakapan di medsos melanggar petunjuk dari ayat 12 surat Al-Hujurat? Jika medsos dibiarkan abai terhadap tuntunan kitab suci, pastilah prahara-prahara akan merusak hubungan bersesama dan kehidupan kita.
Imam Muslim meriwayatkan hadis: "Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.”(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.