Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Spesial 200 Tahun, Unhas-AIPI Bakal Telusuri Jejak Penelitian Wallace di Maros

Universitas Hasanuddin (Unhas) bersiap untuk merayakan momen bersejarah peringatan 200 tahun kelahiran Alfred Russel Wallace. 

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
FAQIH/TRIBUN-TIMUR.COM
Panitia "Wallace 200: Wallacea Science Symposium” di Maros dan Makassar kala berkunjung ke redaksi Tribun-Timur.com, Rabu (9/8/2023) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Universitas Hasanuddin (Unhas) bersiap untuk merayakan momen bersejarah peringatan 200 tahun kelahiran Alfred Russel Wallace

Alfred Russel Wallace merupakan seorang ilmuwan  dalam sejarah evolusi dan keanekaragaman hayati. 

Peneliti kelahiran 8 Januari 1823 di Usk, Monmouthshire, Wales ini telah membuka pandangan baru tentang cara kehidupan berkembang dan beradaptasi. 

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Unhas pun siap mengadakan "Wallace 200: Wallacea Science Symposium” di Maros dan Makassar, Minggu-Selasa (13-15/8/2023) 

Alfred Russel Wallace berkontribusi besar terhadap pemahaman tentang evolusi dan seleksi alam. 

Penemuannya tentang "Survival of the Fittest" sebagai dasar evolusi bentuk kehidupan telah mengubah pandangan melihat dunia. 

Symposium 200 tahun Wallace akan menjadi panggung bergengsi untuk merayakan karya Wallace dan meneruskan semangat penelitiannya. 

Acara ini akan menyajikan serangkaian presentasi ilmiah oleh para ilmuwan terkemuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan alam. 

Diskusi panel dan sesi tanya jawab akan memberikan peluang bagi peserta untuk mendalami pemahaman tentang evolusi, keanekaragaman hayati, dan kontribusi Wallace

Selain itu juga akan diadakan pameran foto serta diskusi buku terkait Wallace.

Kegitan ini akan dirangkaikan dengan Menelusuri Jejak Kaki Alfred Russel Wallace di Maros.

Peserta akan memiliki kesempatan untuk mengikuti jejak langkah Wallace saat ia menjelajahi karst kapur Maros pada tahun 1857. 

"Kita akan eksresi ke Maros di Leang-Leang. Kemudian ke tempat Wallace bikin pondok dulu. Tempatnya sudah diverifikasi dan kita akan menulusuri itu," jelas Khaeruddin, Sekretaris Panitia saat berkunjung ke redaksi Tribun-Timur.com, Rabu (9/8/2023).

Peneliti dari Inggris dan Australia juga akan ikut dalam penelitian ini.

Sementa itu, Ketua Panitia Siti Halimah Larekeng mengaku kegiatan ini menjadi momen pertukaran informasi riset.

“Kegiatan ini diinisiasi oleh Unhas dan AIPI untuk menjadi forum pertukaran informasi hasil riset terkini dibidang biodiversitas khususnya di Kawasan Wallacea,” Kata Siti Halimah Larekeng 

Ima sapaannya berharap pertemuan ini dapat memberikan kesadaran akademis tentang pentingnya geologi dan biologis wilayah Wallace

Selain itu, dosen Fakultas Kehutanan ini juga menegaskan pentingnya kolaborasi di bidang akademik. 

“Peningkatan kolaborasi penelitian ilmiah nasional dan internasional dalam hal biologi konservasi, penemuan obat, dan topik lain yang menarik secara nasional dan internasional,” kata Siti Halimah

“Fokusnya khusus pada kegiatan pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan tinggi untuk merangsang minat anak muda Indonesia dalam sains,” sambungnya.

Diketahui, Tahun 1858 lalu menjadi tonggak penting peradaban ketika Wallace menerbitkan makalah berjudul "On the Tendency of Varieties to Depart from the Original Type”. 

Tulisan ini memberikan sumbangan penting pada pemahaman tentang perubahan bentuk dan spesies.

Namun, warisannya tidak terbatas pada konsep evolusi saja. 

Wallace juga melakukan observasi terhadap keanekaragaman alam Indonesia. 

Penelitiannya mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Wallacea. 

Hasil pemikirannya ini telah membentuk dasar pemikiran biogeografi modern. 

Salah satunya yaitu konsep "Garis Wallace" yaitu sebuah garis pemisah yang memisahkan dua dunia fauna yang berbeda di Indonesia. 

Pemikiranya telah memberikan pandangan mendalam tentang distribusi spesies. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved