Headline Tribun Timur
Berebut Suara Milenial
Secara logika, pengaruh pemilih milenial akan menentukan gagal atau terpilihnya calon kandidat dalam Pemilu 2024.
Pengamat Politik Unhas, Dr Adi Suryadi Culla, menjelaskan proyeksi suara dari pemilih generasi milenial sangat menentukan dalam pemilihan legislatif maupun Pilpres 2024.
"Saya kira dengan proyeksi suara milenial berdasarkan data KPU, yang jumlahnya di atas 50 persen bahkan hampir 60 persen, itu berarti bahwa mayoritas pemilih dalam Pemilu 2024 adalah dari kalangan milenial," kata Adi.
Secara logika, pengaruh pemilih milenial akan menentukan gagal atau terpilihnya calon kandidat dalam Pemilu 2024.
Adi Suryadi memandang, karakteristik dari generasi milenial dan Gen Z tentu punya perbedaan.
"Generasi milenial ini dibutuhkan pendekatan, kaum milenial ini tidak sama lagi dengan pola yang dilakukan pada generasi sebelumnya," katanya.
Baginya, generasi X atau generasi yang lahir tahun 1965 hingga 1980 cenderung lebih konvensional dalam keterlibatan partisipasi.
"Sekarang kan generasi milenial ini dilahirkan di tengah perkembangan teknologi informasi. Mereka juga masuk kategori generasi digital atau internet," katanya.
Sehingga, dalam berkomunikasi, generasi milenial ini lebih banyak menggunakan teknologi atau sosial media.
Baca juga: Trik Danny Pomanto Jika Ingin Gaet Suara Pemilu 2024, Caleg Milenial Bisa Tiru Wali Kota Makassar
Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 atau berusia 24-39 tahun, kata Adi, memiliki pola pikir yang dinamis, dibanding generasi sebelumnya dalam menjalankan aktivitas.
"Termasuk menjalankan aktivitas politik. Mereka sangat labil, karena kan mereka ini menerima informasi yang banyak sekali," tandasnya.
Caleg Milenial
Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Imam Fauzan AU menilai pemilih pemula, generasi Z, generasi milenial, hanya dijadikan sebagai tools (alat) ketika mau pemilihan.
Menurutnya, selama ini generasi muda yang menjadi legislator hanya dijadikan obyek politik dalam budaya politik di Indonesia.
Apalagi kalau penentuan kebijakan, ruang gerak dari anak muda sangat minim dilibatkan.
"Kalau kita melihat, dari total pemilih anak muda yang hampir 60 persen, itu ada sekitar 30 persen yang apatis terhadap politik," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.