Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

AGH Ambo Dalle Jadi Pahlawan Nasional

Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi Dukung AGH Ambo Dalle Jadi Pahlawan Nasional

Ashabul Kahfi Djamal mendukung usulan DDI yang mengajukan Anregurutta (AGH) H. Abdurahman Ambo Dalle sebagai calon Pahlawan Nasional Indonesia.

Editor: Ari Maryadi
Tribun Timur
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi Djamal menyampaikan pidatonya pada Seminar Nasional Kepahlawanan H. Abdurahman Ambo Dalle yang berlangsung pada Sabtu (22/07/2023) di Hotel Mercury Makassar. 

Sejak, Jumat (21/7/2023) kemarin, alumni DDI dari berbagai daerah sudah berdatangan ke Makassar.

“Ini salah satu agenda perjuangan kami di DDI. Anregurutta Ambo Dalle sudah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Semoga tahun ini sudah tercapai,” kata panitia Seminar Nasional Pahlawan Nasional AGH Abdurrahman Ambo Dalle, Nurhasan, Sabtu pagi.

AGH Ambo Dalle lahir pada tahun 1900 dan meninggal pada 29 November 1996.

Dia termasyhur karena mendirikan organisasi keislaman Darud Da'wah wal Irsyad dan Pondok Pesantren Darud Da'wah wal Irsyad Mangkoso.

Pada masa kecilnya, Ambo Dalle mempelajari ilmu agama dengan metode sorogan (sistem monolog), yaitu guru membacakan kitab, sementara murid mendengar dan menyimak pembicaraan guru.

Pelajaran membaca dan menghafal Alquran ia peroleh dari bimbingan bibi serta kedua orang tuanya, terutama sang ibu.

Agar lebih fasih membaca Alquran, Ambo Dalle belajar tajwid kepada kakeknya, Puang Caco, seorang imam masjid yang fasih membaca Alquran di Desa Ujung.

Selama menuntut ilmu, Ambo Dalle tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Alquran, seperti tajwid, qiraat tujuh, nahwu, sharaf, tafsir, dan fikih saja, tapi ia juga mengikuti Sekolah Rakyat (Volk School) pada pagi hari serta kursus bahasa Belanda pada sore hari di HIS Sengkang dan belajar mengaji pada malam harinya.

Sementara itu, untuk memperluas cakrawala keilmuan, terutama wawasan modernitas, Ambo Dalle lalu berangkat meninggalkan Wajo menuju kota Makassar.

Di kota ini, ia mendapatkan pelajaran tentang cara mengajar dengan metodologi baru melalui Sekolah Guru yang diselenggarakan Syarikat Islam (SI).

Pada saat itu, SI yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto berada dalam masa kejayaan dan benar-benar membuka tabir kegelapan bagi wawasan sosial, politik, dan kebangsaan di seluruh Tanah Air.

Ketika mengikuti sekolah guru di Makassar inilah, ia menemukan kehidupan sosial yang lain dan jauh berbeda dari tanah Wajo yang masih sepi.

Makassar, yang saat itu telah menjadi sebuah kota pelabuhan terpenting di kawasan Indonesia Timur, ramai disinggahi oleh kapal besar dan perahu dari berbagai penjuru yang memuat barang-barang dagangan.

Beraneka ragam barang niaga, seperti beras, kelapa, hasil hutan, dan kain tenun sutera, ditawarkan orang-orang di pasar-pasar.

Ketika kembali ke Wajo, Ambo Dalle semakin matang secara keilmuan ataupun wawasan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved