Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kecamatan Tallo Tertinggi Kasus Stunting di Makassar, DPPKB: Banyak yang Buang Air Besar Sembarangan

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atau DPPKB Makassar menyebut salah satu faktor maraknya kasus stunting di Kecamatan Tallo.

|
Penulis: Alfian | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atau DPPKB Makassar Syahruddin menjelaskan terkait masalah stunting. Kasus stunting terbanyak di Kota Makassar terjadi di Kecamatan Tallo. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kecamatan Tallo menjadi wilayah dengan angka kasus stunting tertinggi di Kota Makassar berdasarkan data terbaru.

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atau DPPKB Makassar menyebut salah satu faktor maraknya kasus stunting di Kecamatan Tallo lantaran masih banyaknya yang buang air besar sembarangan.

Diketahui masalah stunting menjadi perhatian pemerintah pusat, seluruh pemerintah daerah diminta untuk memberikan intervensi untuk menangani dan mencegah stunting pada anak.

Angka stunting di Makassar cukup rendah jika dibandingkan dengan 24 kabupaten kota yang ada di Sulawesi Selatan.

Dimana Makassar menempati posisi kedua terendah (18,4 persen) setelah Kabupaten Barru (14,02) persen.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dalduk KB) Syahruddin mengatakan, sebanyak 3.255 anak di Makassar mengalami stunting.

Terbanyak di Kecamatan Tallo, dan disusul Kecamatan Biringkanaya.

Penyebabnya, di dua wilayah ini masih kurang sanitasi, warga Tallo belum terlalu peduli akan pentingnya sanitasi untuk kesehatan, juga untuk tumbuh kembang anak.

"Penyebabnya adalah sanitasi yang kurang baik, air bersih, rupanya untuk mencegah stunting kita harus perbaiki itu semua disamping gizi yang cukup  kita juga harus perhatikan sanitasi atau lingkungannya, kan masih banyak yang bab sembarangan di sana," ucapnya saat ditemui di sekitar Kantor Balai Kota Makassar, Kamis (20/7/2023).

Kendati demikian, Dalduk KB masih perlu melakukan kroscek di lapangan terkait perkembangan anak yang mengalami stunting.

Apalagi data tersebut di-update pada Februari 2023 lalu, diharapkan sudah banyak anak yang keluar dari masalah stunting dengan berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah.

"Makanya saya perintahkan di kecamatan dan para kader untuk segera cari ini by name by address, karena kami pernah dapat satu kali ternyata ada anak tidak stunting mi, jadi perlu perbaruan data, kolaborasi dengan Dinas Kesehatan," jelasnya.

Sejauh ini berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemkot untuk mengatasi masalah stunting, seluruh program pemerintah pusat ikut digalakkan, termasuk menghadirkan bapak asuh anak stunting.

Ke depan Dalduk KB juga akan menindak lanjuti program bapak asuh anak stunting tersebut, rencananya saru pejabat satu anak stunting yang akan ditangani.

"Mulai dari pak wali sampai ke lurah, satu pejabat satu anak stunting, sementara dibuat datanya, semua pejabat Pemkot harus punya atau jdi bapak asuh stunting, semoga pak wali setujui," tuturnya.

Baca juga: Kolaborasi dengan Perwakilan BKKBN Sulsel, Lantamal VI Makassar Upayakan Pencegahan Stunting

Baca juga: Serahkan Insentif, Taufan Pawe Minta Ketua RT/RW di Bacukiki Barat Serius Tangani Stunting

Wali Kota Makassar Danny Pomanto kata Allu menarget Makassar Zero stunting.

Dalduk KB akan memulai perintah tersebut dari kecamatan yang paling sedikit angka stuntingnya.

Dua kecamatan yang ditarget yakni Kecamatan Ujung Pandang terisa tujuh anak yang stunting, dan kecamatan Wajo tersisa 25 anak stunting.

"Tiap pertemuan dengan stakeholder saya selalu katakan bahwa niat pak wali untuk zero stunting bukan muluk-muluk karena kita sudah melakukan penurunan dari tahun ke tahun," ujarnya.

Mengenal Stunting

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Apakah semua balita pendek itu pasti stunting?

Perlu diketahui bahwa tidak semua balita pendek itu stunting, sehingga perlu dibedakan oleh dokter anak, tetapi anak yang stunting pasti pendek.

Dampak masalah stunting di Indonesia :

1.      Dampak kesehatan :

a.      Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus), hambatan perkembangan kognitif dan motoric.

b.      Gangguan metabolik pada saat dewasa → risiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya).

2.      Dampak ekonomi :

Berpotensi menimbulkan kerugian setiap tahunnya : 2-3 persen GDP.

Penyebab Stunting

Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, antara lain yaitu :

1.      Asupan kalori yang tidak adekuat.

a.      Faktor sosio-ekonomi (kemiskinan).

b.      Pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makan untuk bayi dan batita (kecukupan ASI).

c.      Peranan protein hewani dalam MPASI.

d.      Penelantaran

e.      Pengaruh budaya

f.       Ketersediaan bahan makanan setempat.

2.      Kebutuhan yang meningkat.

a.      Penyakit jantung bawaan.

b.      Alergi susu sapi.

c.      Bayi berat badan lahir sangat rendah.

d.      Kelainan metabolisme bawaan.

e.      Infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk (diare kronis) dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi (Tuberculosis / TBC, difteri, pertussis, dan campak).

Apakah stunting bisa dicegah?

Tentu stunting dapat dicegah. Berikut beberapa tips mencegah stunting :

1.      Saat Remaja Putri

Skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah.

2.      Saat Masa Kehamilan

Disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Perlu juga memenuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan. Dengan makanan sehat dan juga asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi.

3.      Balita

a.      Terapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD agar berhasil menjalankan ASI Eksklusif. Setelah itu, lakukan pemeriksaan ke dokter atau ke Posyandu dan Puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

b.      Imunisasi

Perhatikan jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit.

c.      ASI Eksklusif

Berikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 (enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.

d.      Pemantauan tumbuh kembang à weight faltering.

4.      Gaya Hidup Bersih dan Sehat

Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat, dan lain sebagainya.

Bagaimana alurnya jika menemukan kasus masalah gizi supaya dapat mencegah stunting ?

1.       Surveilans gizi dan penemuan dan penangan kasus (Posyandu à Puskesmas).

2.       Pelayanan sekunder atau tersier, memiliki Sp.A atau Sp.AK (gizi, tumbuh kembang). Memiliki sarana dan prasarana : klinik khusus tumbuh kembang.(*)

Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved