Cerita Rahmat Hidayat Bisa Hasilkan Rp 5 Miliar Per Bulan karena 'Sulap' Kencing Sapi Jadi Pupuk
Agronomis PT Lampoko Ternak Indonesia, Rahmat Hidayat menceritakan bagaimana mengubah kotoran ternak menjadi pupuk organik.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Edi Sumardi
Laporan jurnalis Tribun-Timur.com, Rudi Salam
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Agronomis PT Lampoko Ternak Indonesia, Rahmat Hidayat menceritakan bagaimana mengubah kotoran ternak menjadi pupuk organik.
Pupuk tersebut diberi nama Lampoko Biourine.
Bahannya adalah urine atau air kencing sapi.
Cerita itu disampaikan Rahmat saat menjadi narasumber talkshow Program Tribun UMKM di studio Tribun Timur, Sabtu (15/7/2023).
Ia menjelaskan pupuk ini lahir karena adanya peluang.
Di mana saat ini banyak yang memanfaatkan pupuk organik.
“Akhirnya, owner kami membaca peluang itu dan memilih memfokuskan pada produksi pupuknya. Akhirnya kerja sama yang mengurus izin ini untuk menyusun satu pupuk serba guna yang namanya pupuk Lampoko Biourine. Dikatakan biourine karena bahan utamanya dari urine sapi,” jelasnya.
Baca juga: Guru Besar Unhas Prof Dorothea Agnes Rampisela Sarankan Petani Pakai Pupuk Organik, Mudah Dijangkau
Pupuk organik ini telah memiliki izin dari kementerian.
Selain itu, pupuk ini juga telah mendaptkan sertifikasi pupuk organik di Indonesia.
“Dengan izin itu, sudah legal menyebarkan dan termasuk sudah masuk di e-kalatog. Jadi semua itu menjadi power untuk menjadi pupuk dipakai petani, karena setahu saya pupuk sudah lulus di kementerian, itu artinya sudah efektif,” tutur Rahmat.
Ia menyebut bahwa tidak menutup kemungkinan pihaknya membuat pupuk yang bukan dalam bentuk cair.
“ita juga persiapan untuk mempersiapkan pupuk organik padat atau granol,” sebutnya.
• Tersangka Pembuatan Pupuk Organik di Bulukumba Rugikan Negara Rp698 Juta
PT Lampoko Ternak Indonesia memproduksi pupuk organik 50 ribu per bulan.
Harga per botol Rp 100 ribu.
Berarti sebulan bisa menghasilkan Rp 5 miliar.
Awalnya, produksi di tahun 2022 hanya 30 ribu liter per bulan.
Ke depannya, pihaknya berkomitmen mengembangkan produksi.
“Di awal tahun ini, kita sudah melakukan pengembangan, dari 30 ribu liter per bulan menjadi 50 ribu liter per bulan,” katanya.
Ia pun berharap, masyarakat bisa memanfaatkan pupuk organik karena memiliki banyak keunggulan.
Salah satunya adalah tidak menghasilkan limbah, karena dalam proseanya memanfaatkan limbah.
“Pupuk organik dia tidak terakumulasi di tanah. Jadi tidak menurunkan produktivitas tanah,” kata Rahmat.
Lebih hemat
Rahmat menjelaskan bahwa penggunaan pupuk dari PT Lampoko Ternak Indonesia tidak memakan takaran yang banyak.
Per hektarnya, petani cukup menggunakan enam sampai delapan botol.
“Anggaplah kita gunakan 7 botol, itu per botolnya harga di petani Rp100 ribu, itu merata. Jadi Rp100 ribu dikali 7, itu cuma Rp700 ribu,” jelasnya.
“Dibanding dengan pupuk yang subsidi di angka Rp130 ribu sampai Rp150 ribu, dikali 7,” tambahnya.
Rahmat menuturkan bahwa kondisi ini membuat petani bakal memperkecil pengeluaran.
“Artinya kita lebih ekonomis, tinggal bagaiman efektivitasnya nanti, yang merujuk pada penggunaannya. Karena beda, ini harus dipahami petani,” tuturnya.
Kendati demikian, Rahmat menekankan pentingnya penggunaan pupuk organik.
Pasalnya, penggunaan pupuk organik berbeda dengan pupuk konvensional.
Sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih kepada masyarakat.
“Beda dengan pupuk kimia yang sistemnya memang menambahkan nutrien ke tanah untuk menyerap ke tanaman. Jadi organik tidak langsung, memerlukan waktu, petani mau lihat langsung. Kita bisa lihat pengaruhnya 4 sampai 7 hari setelahnya,” kata Rahmat.
Punya izin
PT Lampoko Ternak Indonesia sendiri merupakan produsen pupuk organik di wilayah Sulsel dengan bahan dasar urine sapi/ Pupuk tersebut diberi nama Lampoko Biourine.
“Prinsipnya nol limbah, jadi diupayakan sebisa mungkin tidak ada limbah yang dihasilkan,” jelas Rahmat.
Ia menjelaskan pupuk ini lahir karena adanya peluang. Di mana saat ini banyak yang memanfaatkan pupuk organis.
“Akhirnya, owner kami membaca peluang itu dan memilih memfokuskan pada produksi pupuknya. Akhirnya kerja sama yang mengurus izin ini untuk menyusun satu pupuk serba guna yang namanya pupuk Lampoko Biourine. Dikatakan biourine karena bahan utamanya dari urine sapi,” jelasnya.
Pupuk organik ini telah memiliki izin dari kementerian. Selain itu, pupuk ini juga telah mendaptkan sertifikasi pupuk organik di Indonesia.
“Dengan izin itu, sudah legal menyebarkan dan termasuk sudah masuk di e-kalatog. Jadi semua itu menjadi power untuk menjadi pupuk dipakai petani, karena setahu saya pupuk sudah lulus di kementerian, itu artinya sudah efektif,” tutur Rahmat.(*)
UIT Jalin Kemitraan Strategis Dengan Martoda Biotech SDN BHD dan Union Harvest SDN BHD |
![]() |
---|
Andi Utta Perintahkan Satpol PP Kunci Pagar Kantor Gabungan OPD Saat Tes Urine ASN |
![]() |
---|
Terindikasi Sabu, Honorer RSUD Bulukumba Diserahkan ke Polisi |
![]() |
---|
Kondisi Jalan Poros Salomoni di Lipukasi Barru Memperihatinkan, Berlubang Bak Kubangan Sapi |
![]() |
---|
PDI Perjuangan Sulsel Sembelih 134 Hewan Kurban, 45 dari Ridwan Andi Wittiri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.