Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Krisis Air Bersih

Sejumlah Wilayah Mulai Krisis Air Bersih, BPBD Maros Bakal Distribusikan 150 Tangki Air Bersih

Data sementara BPBD Maros, ada tiga kecamatan yang menjadi langganan kekeringan tiap tahunnya.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/NURUL HIDAYAH
Warga Lingkungan Panjjalingan, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengambil air empang untuk kebutuhan sehari-hari, Jumat (7/7/2023). Warga terpaksa menggunakan air empang untuk kebutuhan sehari-hari. 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Sejumlah wilayah di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan mulai merasakan kekeringan pasca memasuki musim kemarau.

Seperti yang terjadi di Lingkungan Panjjalingan, Kecamatan Bontoa.

Warga di daerah ini terpaksa menggunakan air empang untuk kebutuhan sehari-hari.

Bahkan tak jarang warga terpaksa membeli air dibanderol mulai dari Rp 1.500 - 2.000 per jeriken.

Menanggapi hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros menyiapkan 150 tangki air bersih untuk disalurkan kepada daerah yang terdampak kekeringan.

Kepala BPBD Maros, Fadli, mengatakan tahun ini ada peningkatan jumlah air yang akan didistribusikan.

“Tahun lalu itu hanya 100 tangki, karena persoalan anggaran yang terbatas kemudian tahun lalu musim hujan lebih cepat,” katanya, Jumat (14/7/2023).

Saat ini pihaknya sedang melakukan pendataan terkait wilayah mana saja yang akan diberikan bantuan.

“Sementara kami masih persiapan identifikasi wilayah-wilayah yang rawan terdampak kekeringan untuk selanjutnya akan kami adakan penyaluran air bersih secara bergiliran,” ujarnya.

Data sementara yang dibeberkan Fadly, ada tiga kecamatan yang menjadi langganan kekeringan tiap tahunnya.

“Kecamatan Bontoa, ada juga beberapa wilayah di Kecamatan Lau dan Maros Baru,” sebutnya.

Baca juga: Lapor Pak Bupati! Warga Bontoa Maros Krisis Air Bersih Lagi, Mandi dan Cuci Piring Pakai Air Empang

Sementara itu Koordinator Observasi Stasiun Klimatologi Sulsel, Eko Sulistyo Nugroho, menuturkan puncak musim kemarau di Maros diperkirakan terjadi Agustus dan September mendatang.

Eko mengingatkan, kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan tahun lalu.

“Ya jika dari hasil kajian terbaru dari lembaga-lembaga meteorologi di dunia, musim kemarau tahun ini memang lebih kering disebabkan pada bulan Juli, Agustus, September peluang terjadinya El Nino lebih besar. Hanya saja dampaknya beragam tergantung wilayahnya saja,” paparnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved