Jemaah Haji yang Terjebak 10 Jam di Muzdalifah Berhasil Dievakuasi, Petugas Bawa Stok Makanan
Evakuasi berlangsung pada Kamis (29/6/2023) malam waktu Arab Saudi atau Jumat (30/6/2023) dini hari, Wita.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar terbaru sejumlah jemaah haji yang terjebak 10 jam di Muzdalifah, tanpa air minum.
Sejumah jemaah haji Papua-Medan terjebak 10 jam tanpa air dan bus jemputan di Muzdalifah, kini berhasil dievakuasi.
Evakuasi berlangsung pada Kamis (29/6/2023) malam waktu Arab Saudi atau Jumat (30/6/2023) dini hari, Wita.
Selain dari Indonesia, petugas haji juga mengevakuasi jemaah haji dari berbagai negara di dunia.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief di Mina, mengaku bersyukur setelah berhasil mengevakuasi jemaah haji asal Indonesia di Muzdalifah.
Proses evakuasi jemaah yang terjebak tersebut berakhir sekitar jam satu siang.
"Kami juga harus mengevakuasi satu jemaah yang tidak bisa diangkut bus dan harus diangkut dengan ambulans. Yang jelas setelah setengah jam sudah bisa dievakuasi," kata Hilman.
Jumlah jemaah Indonesia padat dan rute dan menuju Muzdalifah dan Mina sangat padat.
Sehingga ketika evakuasi berjalan, sebagian jemaah masih sulit kembali.
Perlu diketahui, ada jutaan orang dievakuasi dari Muzdalifah.
"Termasuk juga, ada puluhan ribu orang berjalan kaki di situ. Ini memang padat sekali," kata dia.
Pada jam tertentu atau pukul 10.00 waktu Arab Saudi, Muzdalifah lengang, artinya bus tidak ada yang bisa melintas.
"Dan jemaah menunggu. Sementara cuaca panas sekali dan kita tahu itu lapangan luas dan hanya ada tenda kecil di ujung sehingga sangat berbahaya sekali," kata dia.
Sehingga pihak Maysariq Kementerian Haji akhirnya mendatangkan bantuan.
"Termasuk tim Kemenag kita kirim. Stok air yang kita miliki di Arafah kita bawa dengan armada yang kita punya.
Stok buah- buahan, apel, jeruk, pisang kita bawa semua agara mengurangi rasa lapar dan haus," kata dia.
Penyebab penumpukan jemaah hingga terjadinya 'jebakan' disebabkan karena kondisi Tanah Suci jauh lebih padat dibanding tiga tahun terakhir.
"Tapi ini bukan hanya jemaah Indonesia yang alami. Kami lihat ada China, Thailand atau beberapa yang bahasa Melayu. Ada Afrika," kata dia.
Hanya saja jumlah jemaah haji asal Indonesia mendominasi, sehingga dampaknya juga besar.
Akhir-akhir ini, sejumlah jemaah harus diinfus dan dievakuasi.
"Alhamdulillah semua berkahir 13.30. Sudah clear, kami sisir di lapangan tidak ada yang tertinggal," kata dia.
Sebelumnya pernah?
Ya ada beberapa kejadian tahun 2004. Tapi dulu masih terakhir itu biasa pukul 11-12. Tahun ini berakhir pukul 13.30.
Karena satu jemaah sakit karema sulit untuk bangun dan tubuhnya besar.
Di Mina, bagimana dengan Masyariq?
Kemarin, terjadi keterlambatan pelayanan di Arafah. Di Muzdalifah ada keterlambatan evakuasi.
Evakuasi di Muzdalifah tidak per maktab secara ketat karena petugas prioritaskan mengeluarkan dulu jemaah dengan cepat jadi bercampur.
Jadi setelah di sini jemaah masih harus cari maktabnya tercecer.
Beberapa layanan perlu ditingkatkan terutama hari pertama yakni sanitasi kepadatam tenda.
"Karena kita dapat tambahan 8000 orang dan juga negara lain sama. Tenda itu menjadi bahan bagi kami refleksi. Kita komunikasikan dulu lah," kata dia.
Untuk antisipasi kejadian yang sama, Kemenag juga sudah membuat catatan banyak dan akan dikomunukasikan dengan menteri haji.
"Kira-kira desain tahun depan gumana. Karena kalau tenda semacam ini pasti tidak bisa diperluas lagi," kata dia.
Sebelumnya, ribuan jamaah haji Indonesia, sepanjang Rabu (28/6/2023) pagi hingga pukul 14.00 WAS siang, terjebak di padang dan lembah mabit Musdalifah, antara Arafah dan Mina.
Mereka kena efek langsung "Jebakan Mashariq Muzdalifah" dari akumulasi kemacetan lalulintas, dan berimbas kepada layanan akomodasi, konsumsi, di kawasan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna), dan deploy transportasi bus jamaah dari Musdalifah ke Mina.
Hingga Kamis (29/6/2023) siang, jamaah terjebak sudah bersitirahat di tenda-tenda maktab Mina.
Bahkan sebagian besar sudah menunaikan ibadah wajib haji, melontar kerikil di Jamarat Aqobah, Mina.
Dan ternyata, insiden itu berbuah hikmah, setidaknya seperti yang dialami jamaah Kloter
"Hikmahnya, Alhamdulillah dari Musdalifah kami di Maktab 15 langsung ke Jamarat untuk Aqabah, malamnya. Tadi pagi, juga sudah melontar untuk nafar awal, dan besok nafar tsani," kata Haji Chaidir Muntu (53), Ketua Regu Jamaah Kloter 8 UPG asal Jayapura, Ibukota provinsi Papua, Kamis (28/6/2023).
Bersama 390 jamaah dari Papua, Sekrwtaris Taklim Masjis Taqwa Hamadi, Jayapura ini, kini mereka ditempatkan di Maktab 15 Mina.
Rabu (28/6) lalu, Chadir dan jamaah lain dari 7 embarkasi Tanah Air, dipaksa kondisi lalulintas Armuzna masuk "Jebakan Musdalifa".
Selama hampir 10 jam, tanpa tenda pemanen, tanpa air, tanpa sarapan, dan makan siang, mereka terpaksa "wuquf ulang kedua" di Musdalifah.
Otoritas haji di Armuzna mengkonfirmasi "jebakan Musdalifah" terjadi adalah akumulasi dari membeludaknya bus jamaah dari dan ke Arafah ke Mina dan Misdalifaj, angkutan konsumsi, dan utililitas lain antara Mina dan Musdalifah.
Kondisi macet terjadi hampir 3 -5 jam. Bahkan, banyak mesin bus over heat, rusak karena mesin air conditioner bus terus aktif, dan bus tak bergerak.
"Kami ini dari maktab 15, 16 dan 17 Arafah ini tak minum, tak asa bus dan tenda, banyak jamaah kelelahn, pingsan." ujar suara dari klip video yang khusus dikirim untuk Tribun.
Bahkan, kata dia, karena jamaah Papua banyak kena usir dari petugas dan askar, dari ambulance, karena dianggap bukan warga Insonesia.
"Ceritanya kami dapat usir dari mobil ambulance...mo antar lansia ke mina...ee' tau2x dapa larang daei dokter ambulance dikiranya warga bangladesh," ujat Chaidir.
Secara terpisah, kepada Tribun, siang tadi, jamaah " mengisahkan kisah hikmah saat dipaksa masuk "Jebakan Musdalifah".
Seorang perwira senior polisi di Mapolsek Pati, Jawa Tengah, juga tak membayangkan akan lebih mudah menyelsailan jamarat aqabah, dan tak merasa lelah meski jalan 5,1 km pulang pergi malam harinya.
"Alhamdulillah Pak Kiai. Kita di kloter 79 SOC, Jamaratnya tadi lancar sekali. Cobaanya kami dapat pebih dulu di Misdalifah," kata perwira polisi Polres Pati, berpangkat Kompol itu kepada Ketua PC Nahdlatul Ulama (NU) Pati Jawa Tengah, KH Hasyim Yusuf, yang juga Bimbad Kloter 80 SOC di Maktab 70 tadi malam.
Kiai Yusuf menceritakan, saat jamaah kloter 79 SOC keluar dari jebakan Musdalifah, malam harinya, mereka langsung menunaikan jamarat aqobah.
"Alhamdulillah, kami tetangga tenda di kloter 80 melihat jamaah 79 bahagia dan laress. Hanya ramai karena viral di medsos," kata Yusuf Hasyim.
Kisah hikmah serupa juga diceritakan Ibnu Mufid (49), Ketua Kloter 15 KNO/MES.
"Allahu Akbar, Alhamdulillah kita sudah di Mina terakhir jam 14.30 WAS. Banyak jamaah kelelahan, tapi terbayar lunas setelah Jamarat. Ini lah takdir kloter kami," kata Mufid Ibnu.
Berama petugas Bimbingan Ibadah Kloter 19 MES, mereka justru khawatir kondisi di maktab 53 Mina.
"Kapasitas tenda, tak bisa menampung total jamaah kami. Justru banyak jamaah tidur di luar tenda," kata Muksin Batubara.
Dokter Arinta Dewi Prasetyani, dokter kloter 76-SOC, dari Banjarnegara, mengkonfirmasi, beratnya kondisi di Jebakan Musdalifah.
Mereka tiba di Musdalifah malam pukul 9, sekitar 5 jam setelah wuquf.
Di Musdalifah, tanpa tenda permanen dan padang berpasir seraya memungut batu dan kerikil mereka menunggu pendorongan jamaah ke maktab 69 Mina, sejak subuh, namun baru dievakuasi pukul 13.40 WAS.
"Kami di (SOC) 76, paling terakhir yang dievakuasi. Sebelum naik ke bus, masih banyak jamaah lain uang kepanasan. ada over heat dan terserang heat stroke."
Satu jamaah kloter 76 SOC, asal Banyumas, langsung dievakuasi dengan ambulans ke Al Wadi Hospital di Mekkah.
"Gejalanya heatstroke. Alhamdulillah kondisi terakhir sudah membaik tapi belum dibawa kembali ke tenda maktab kloter," ujarnya di posko kesehatan maktab.
Dokter Arnita sendiri mengaku terpaksa tak menunaikan ibadah melontar jamarat aqobah, karena di tenda masih merawat jamaah terpapar jebakan macet Musdalifah.
Secara khusus, Kementerian Agama RI menyampaikan protes keras terhadap Mashariq, penyediaan layanan di Arafah - Muzdalifah - Mina (Armina) Arab Saudi, atas insiden terlantarnya jemaah haji Indonesia di Muzdalifah selama berjam-jam, pada Rabu, 28 Juni 2023.
Diketahui keberangkatan jemaah ke Mina mengalami keterlambatan akibat tidak adanya bus yang mengangkut jemaah pada waktu tersebut.
Kini, layanan konsumsi di Mina juga tidak terdistribusi dengan baik dan lancar.
Potensi lainnya adalah ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah.
"Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief di Mina, Kamis, 29 Juni 2023. (*)
Babak Baru Korupsi Kuota Haji, KPK Sita 2 Rumah Mewah Setelah Sita Uang Rp 26 Miliar |
![]() |
---|
Arab Saudi Apresiasi Penanganan Haji 2025, Tantangan Teratasi |
![]() |
---|
Catat! Ini 5 Pos Layanan di Lima Titik Strategis Masjid Nabawi, Petugas Haji Mudah Ditemukan |
![]() |
---|
Isu Kuota Haji Indonesia Dikurangi 50 Persen Bikin Resah, Menag RI: Belum Pernah Dibahas Resmi |
![]() |
---|
POV Haji Versi Jemaah Maluku dan NTB: Makanan Enak, Hotel Bersih, Petugas Sigap |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.