Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haji 2023

Menag Yaqut Tidak Mau Jamaah Dipaksakan Kondisi Fisiknya: Kalau Memang Harus Dibadalkan, Badalkan

Amirul Hajj sekaligus Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengunjungi KKHI sesaat sebelum meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Sakinah Sudin
Tribun Timur/ Thamzil Thahir
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengunjungi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Arafah Selasa (27/6/2023). Dalam kunjungannya, Menag menengok sejumlah pasien. 

TRIBUN-TIMUR.COM, ARAFAH - Tujuh jamaah haji Indonesia meninggal dunia saat puncak ibadah haji di Arafah.

Para jamaah haji tersebut meninggal saat menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Hal itu terungkap ketika Amirul Hajj sekaligus Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengunjungi KKHI sesaat sebelum meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.

Dalam kunjungannya, Gus Yaqut panggilan Yaqut Cholil Qoumas menyempatkan diri menyapa jamaah haji yang menjalani perawatan medis di KKHI.

"Innalillahi wa innailahi rajiun, tujuh jamaah kita wafat hari ink di Arafah di KKHI," ujarnya, Selasa (27/6/2023).

Gus Yaqut menjelaskan, cuaca saat wukuf Arafah memang cukup panas.

Hal ini yang membuat banyak jamaah haji harus menjalani perawatan medis.

"Ya tadi saya ke KKHI berdiskusi dengan Bu Dirjen dan Kapuskes. Memang cukup crowded paska wukuf. Kalau kata Bu Dirjen banjir itu paska wukuf," kata Gus Yaqut.

"Jadi kapasitas yang harusnya 30 di KKHI karena cuaca wukuf tadi cukup panas jadi dimanfaatkan 50 pasien," jelasnya.

Menurut Gus Yaqut, setelah berdiskusi dengan Kapuskes Haji Liliek ada beberapa catatan yang perlu di waspadai di Mina.

"Di Arafah yang diam saja, seperti itu yang terjadi. Padat KKHI dan yang wafat tujuh orang. Kita khawatir kalau di Mina tidak disiapkan betul, kejadian sama akan terulang. Banyak jamaah yang dirawat," katanya.

Gus Yaqut menyebut, saat ini tengah disiapkan skenario-skenario bagaimana agar jamaah yang mayoritas lansia ini dapat beribadah dengan baik.

"Saya sudah minta ke Pak Dirjen skemanya seperti apa. Kondisi fisiknya seperti apa. Bagi yang tidak mungkin maka tidak boleh dipaksakan," kata Gus Yaqut.

"Jadi yang benar-benar mungkin saja yang bisa lempar jumrah, yang lain itu dibadalkan. Pilihan skenarionya dibadalkan," ucapnya.

Begitu juga jamaah yang boleh tawaf wada, kata Gus Yaqut, adalah jamaah yang bisa melaksanakan lempar jumrah sendiri.

Sedangkan yang lainnya dibadalkan.

"Intinya kita tidak mau jamaah ini dipaksakan kondisi fisiknya. Agama itukan mempermudah, ujarnya.

"Kalau memang harus dibadalkan, badalkan. Saya kira kita memiliki petugas yang cukup untuk membadalkan jamaah haji," jelas Gus Yaqut. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved