Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Mengintip Masa Depan

Beberapa waktu lalu, pemerintah meluncurkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Humas Unhas
Abdullah Sanusi 

Oleh: Abdullah Sanusi
Dosen FEB Unhas, Direktur Kemahasiswaan dan Penyiapan Karir Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Beberapa waktu lalu, pemerintah meluncurkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Salah satu area yang menjadi fokus pembangunan adalah Mengawal Indonesia Emas 2045.

Ada banyak faktor yang membuat kita bisa optimis mencapai tujuan pembangunan ini.

Salah satunya adalah Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan angkatan kerja sebesar 146,6 juta.

Saat ini Indonesia berada pada periode rasio ketergantungan penduduk yang paling rendah (puncak bonus demografi). Periode seperti ini terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban suatu negara, sehingga hal tersebut harus bisa dioptimalkan.

Pelajaran berharga dari negara Argentina yang tidak optimal memanfaatkan bonus demografinya perlu menjadi perhatian kita bersama.

Saat ini Argentina menghadapi krisis ekonomi dan menghadapi stagflasi luar biasa.

Padahal, dekade 1980 dan 1990 Argentina diprediksi akan menjadi raksasa ekonomi Amerika Selatan dengan bonus demografi yang mereka miliki kala itu.

Nyatanya, Argentina tidak bisa lepas dari middle income trap dan saat ini menjadi salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia yang mencapai 108 persen (triwulan 1/2023).

Jika bonus demografi memiliki posisi begitu penting, maka perluasan lapangan kerja harus menjadi perhatian pe­mangku kepentingan.

Masalahnya, Indonesia masih menghadapi masalah produktivitas, terutama pada isu kesenjangan keterampilan.

Pekerja berketerampilan tinggi jumlahnya terbatas dan kualitas/keterampilan tak identik dengan tingkat pendidikan.

Dalam kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk memperkirakan skill yang akan dibutuhkan di masa depan. Tanpa kemampuan untuk memandang ke depan, kita berisiko terjebak dalam kemacetan tak terduga yang dapat menghambat kemajuan kita.

Skill Forecasting – Meneropong Masa Depan

Memperkirakan skill (skill forecasting) menjadi jembatan penting yang dapat membantu kita menavigasi arus perubahan pekerjaan.

Skill forecasting adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan memprediksi skill yang akan dibutuhkan di masa depan.

Melalui perencanaan yang matang, baik individu maupun organisasi dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja yang akan datang, mempersiapkan diri dengan skill yang relevan, dan memposisikan diri di garis depan perubahan.

Lalu, mengapa memper­kirakan skill yang dibu­tuhkan di masa depan men­jadi penting? Pertama, ia menjaga kita tetap relevan. Dalam dunia yang bergerak cepat ini, skill yang relevan adalah kunci sukses.

Dengan memperkirakan skill yang akan menjadi primadona di masa de­pan, individu dapat mem­­persiapkan diri dengan mengasah dan me­ngem­bangkan kemam­puan yang sesuai.

Kedua, skill forecasting juga dapat membantu men­cegah terjadinya ketim­pangan antara penawaran dan permintaan (supply and demand) tenaga kerja. Dengan memahami trend industri dan perkembangan teknologi, individu dan organisasi dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijak untuk mengembangkan skill yang dibutuhkan, sehingga mengurangi risiko pengangguran struktural dan meningkatkan keseimbangan pasar kerja.

Ketiga, membantu mendapatkan peluang karir yang lebih baik. Dengan memiliki wawasan yang akurat tentang skill yang dibutuhkan di masa depan, individu dapat mengarahkan karir mereka ke bidang yang menjanjikan.

Mereka dapat memilih untuk mendapatkan pendidikan atau pelatihan yang relevan, serta membangun pengalaman kerja yang berharga. Ini membuka pintu peluang yang lebih luas dan meningkatkan prospek karir jangka panjang.

Terakhir, skill forecasting juga penting bagi organisasi dalam merencanakan pe­ngembangan produk dan layanan yang inovatif.
Dengan memperkirakan skill yang dibutuhkan di masa depan, organisasi dapat merekrut dan me­latih tenaga kerja yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan inovasi, menjaga keberlanjutan bisnis, dan tetap bersaing di pasar global yang kompetitif.

AI dan Manusia

Banyak yang menilai bahwa skill paling dibu­tuhkan di masa datang ada­lah yang berkaitan dengan teknologi informasi (TI).

Dapat dilihat bagaimana jurusan yang berkaitan dengan TI merupakan juru­san yang paling diminati di perguruan tinggi.

Meski demikian, tidak hanya di bidang tek­no­logi informasi kita me­lihat kebutuhan yang ber­kembang. Seiring dengan munculnya tantangan global seperti perubahan iklim dan keberlanjutan, skill yang berfokus pada lingkungan dan energi terbarukan sema­kin diminati.

Masa depan menuntut inovasi yang berkelanjutan, dan mereka yang memiliki pemahaman mendalam tentang ekologi dan solusi berkelanjutan akan memiliki keunggulan kompetitif.

Melalui skill forecasting, kita dapat menggali potensi yang belum tergarap dalam bidang ini dan menjadi agen perubahan yang membawa dunia ke masa depan yang lebih baik.

Selain itu, hubungan antara manusia dan mesin juga menjadi perhatian utama dalam perkembangan skill forecasting. Peningkatan kemampuan mesin dan kecerdasan buatan menimbulkan pertanyaan tentang peran manusia di tempat kerja.

Oleh karena itu, skill yang melibatkan kolaborasi antara manusia dan mesin, seperti analisis data, desain interaksi, dan kepemimpinan, se­makin diperlukan.

Dengan memperkirakan perkembangan ini, kita dapat mengembangkan keahlian yang menggabungkan ke­cerdasan manusia dan kekuatan mesin, sehingga menciptakan hasil yang lebih baik.

Kesadaran akan penting­nya memperkirakan skill yang dibutuhkan di masa depan juga ha­rus melibatkan sektor pendidikan.

Pendidikan harus ber­adaptasi dengan ke­butuhan dunia kerja yang terus berubah, dan mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang relevan.

Kurikulum harus disesuaikan untuk memasukkan pelajaran dan program yang membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan masa depan.

Kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri menjadi kunci untuk mencapai hal ini, dengan membangun jembatan antara teori dan praktik.

Dengan menembus masa depan melalui pemahaman mendalam tentang tren dan perubahan, kita dapat menjadi pelopor dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan meraih kesuksesan yang abadi.

Jika tidak, pada tahun 2045 atau saat 100 tahun republik ini berdiri, kita akan bernasib sama dengan Argentina yang tidak berhasil memanfaatkan bonus de­mog­rafi yang dimilikinya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved