Jelang Kongres Kebudayaan Sulsel: Budaya Bukan Sebatas Pertunjukan
Karena ini menyangkut watak, karakter pembentukan SDM manusianya yang sangat berpengaruh dengan kearifan lokal sebagai ciri dari satu bangsa
Oleh: Moehammad David Aritanto
Budayawan Tionghoa
Melaporkan dari Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Berbicara tentang kebudayaan tentulah semuanya berakar dari kebiasaan kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat secara turun menurun.
Awalnya tentu dari kakek moyang masing masing suku bangsa yang ada di NKRI.
Dari kebiasaan kebiasaan yang telah dikenal sebagai suatu budaya lokal ini.
Maka kebudayaan sangat diperlukan didalam dunia pendidikan untuk pelestariannya secara kontinyu.
Karena ini menyangkut watak, karakter pembentukan SDM manusianya yang sangat berpengaruh dengan kearifan lokal sebagai ciri dari satu bangsa. Bangsa Indonesia.
Namun sangat disayangkan ditengah gempuran gudget dsbnya.
Kearifan lokal semakin terkikis nyaris punah. Banyak orang tua dsbnya yang menyalahkan jaman gempuran teknology yang mengakibatkan mulai sirnanya kearifan lokal dalam berbudaya.
Pada hal sebenarnya bukan kesalahan gempuran teknology, gudget dan sebagainya.
Ini sudah ketentuan dari sang pemilik semesta alam. Untuk lebih mencerdaskan manusianya agar dapat berpikir logika dan rasional demi kemajuan peradaban.
Tidak ada yang dapat mengetahui rencana kedepan sang pemilik kehidupan ini.
Kita hanya dapat berpikir dan berbuat untuk meminimalisir dampak buruk dari kemajuan gempuran teknolog dsbnya.
Paling tidak tiap orangtua harus intropeksi diri dan menyediakan waktunya walau sedikit untuk pertumbuhan watak dan karakter anak anaknya.
Bila kita tidak inginkan hilangnya kearifan lokal dalam berbudaya. Yang diawali dari rumah kita sendiri.
Karena berbudaya itu sangat erat kaitannya dengan pendidikan praktis dari kedua orangtua menyangkut pembentukan watak anak, etika dan sopan santun pada pertumbuhan anak dimasa balita.
Mempertahankan ciri khas kebudayaan kita, tidak cukup dengan hanya seringnya menggelar diskusi dan lainnya. Karena budaya adalah prilaku nyata kearifan lokal dalam bermasyarakat dan berinteraksi.
Hal ini harus dimulai kembali dari sekolah sekolah. Baik PAUD maupun SD, SMP hingga SMA.
Para orangtua harus menanamkan dipikiran anak anaknya bahwa dirumah kami adalah ayah ibumu. Begitu kamu melangkah masuk gerbang sekolah. Orangtuamu adalah gurumu.
Bukan Pertunjukan
Ketika saya mendapat undangan untuk hadiri kongres kebudayaan Sulsel yang akan berlangsung pada 24-25/6 digedung Mulo dan lantai sembilan DPR Sulsel.
Dipikiran saya bukan hanya semata untuk menghadiri dan menyaksikan berbagai pertunjukan seni dipanggung.
Karena bila dipikiran saya hanya sebatas diundang untuk menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian.
Maka saya tak lebih hanya bagai menangkap riak riak bui gelombang dilaut.
Tapi yang ada didalam pikiran saya yang terpenting adalah kesan dan pesan yang disampaikan oleh sebuah pertunjukan seni.
Tentu yang identik simbol simbol gerakan penuh makna budaya. Yang mencerminkan karakter keterkaitan kearifan lokal disegala lini kehidupan bermasyarakat.
Yang tak lepas dari mata rantai dari dalam rumah tangga sendiri hingga kejenjang pendidikan.
Maka sepantasnyalah bila para orangtua dan para pendidik menjadi patron langsung sebagai pelaku budaya untuk melestarikan niat tulus para leluhur.
Karena budaya sangatlah identik prilaku hidup sehari hari, tutur kata yang halus yang kadang berbungkus kalimat simbol atau sarat kata metafora.
Seperti saya ambil contoh pada tarian tradisonal gandrang bulo.
Dimana lagunya mengandung kata kata isarat bagi orang yang kerap mengumbar bicara selangit, ibarat sudah menginjakan kaki dibulan.
Namun tong kosong nyaring bunyi. Seperti battu ratema ribulang. Ma'rencong rencong ma'rencong rencong. Sementara anak anak yang menarikannya juga ibarat peragakan gerakan gerakan sindiran.
Dari simbol simbol gerakan gandrang bulo ini. Kita dapat menangkap kesimpulan bahwa kebudayaan itu adalah kehidupan prilaku dan tutur kata yang sangat halus.
Dan ini harus tuntas dijabarkan demi pelestarian kearifan lokal sebagai ciri khas kehidupan orang Sulsel.
Karena itu, dirumah peran masing masing orangtua sangat menentukan terhadap pertumbuhan anak dari usia dini hingga remaja.
Disekolahpun para pengajar harus menjadi pendidik. Karena pengajar belum tentu pendidik.
Kenapa? Karena pengajar hanya tahu transfer ilmu bacaan dan hafalan. Tapi pendidik dipastikan dapat menjadi pengajar yang baik. Karena murid akan merasakan seolah olah dirinya berhadapan orangtuanya saat di sekolah.(*)
Pembayaran PBB Jatuh Tempo 30 September, Bapenda Makassar Catat Progres Capai 64 Persen |
![]() |
---|
Antisipasi Keracunan, Wagub Sulsel Fatmawati Rusdi: Perangkat MBG Harus Sesuai Standar |
![]() |
---|
Kakak Mardiana Rusli Ketua Bawaslu Sulsel Meninggal Dunia, Alamsyah: Almarhumah Baik dan Ramah |
![]() |
---|
Selebgram dan Content Creator M Arfan Sulseltara Brocilk Menikah di Sekolah Polisi |
![]() |
---|
Helmy Pratiwi, Pegawai UNM Ikuti Jejak Gus Dur, Megawati, Sri Mulyani, Anies Baswedan di IVLP AS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.