Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Gepeng Asal Gowa, Diantar Jemput Bapak Demi Cari Uang di Maros

Pasalnya keberadaan gepeng kian merajalela, menyasar jalan protokol hingga area pertokoan.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
NURUL HIDAYAH/TRIBUN TIMUR
Gepeng di lampu merah bandara Sultan Hasanuddin, Maros   

TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau gepeng sedang menjadi perbincangan di Kabupaten Maros.

Pasalnya keberadaan gepeng kian merajalela, menyasar jalan protokol hingga area pertokoan.

Gepeng yang ada di Maros disinyalir berasal dari luar daerah.

Tak hanya ibu-ibu, gepeng di Maros juga banyak yang masih di bawah umur.

Seperti Adi (bukan nama sebenarnya), yang masih berusia 8 tahun, berasal dari kabupaten Gowa.

Adi tidak bersekolah, dia memilih menghabiskan waktu untuk mencari uang.

Bocah ini kerap nangkring di kawasan PTB Maros di malam hari untuk "bekerja".

Tiap harinya, Adi diantar jemput oleh bapaknya.

"Saya diantar bapak naik motor dari Gowa, sekitar pukul 19.00, kalau sudah tengah malam baru dijemput," katanya, saat ditemui di kawasan PTB Maros, Jumat malam (3/5/2023).

Ia biasanya menawarkan tisu. Satu tisu dijual Rp 5 ribu.

Namun pengunjung PTB lebih sering memberi uang tunai seadanya, tanpa mengambil tisu yang dijajakan.

"Sehari itu kadang dapat Rp 100 - Rp 200 ribu, kadang kalau kurang, pulang dimarahi sama bapak," tuturnya.

Sebelum menjual tisu, dia juga pernah ngamen di lampu merah Kassi Kebo.

"Tapi lama-lama dilarang mengamen lagi, makanya sekarang menjual tisu," tuturnya.

Gepeng lainnya, Momo (bukan nama sebenarnya) juga masih berusia 11 tahun.

Dia berasal dari Pangkep, namun tinggal di rumah ibunya yang ada di Maros.

Tiap harinya, Momo melantunkan surah pendek di meja-meja penginjung PTB.

"Biasanya baca Al-fatihah, kadang dikasih uang, kadang juga tidak," katanya.

Penghasilannya yang tiap hari dikisaran Rp 100 ribu, langsung diberikan kepada ibunya.

Tujuannya, untuk membantu kebutuhan sehari-hari.

"Saya sempat sekolah sampai SMP, tapi berhenti. Bapak saya kerja jadi tukang servis, kalau ibu tidak kerja," terangnya.

Berbeda dengan adi yang memang disuruh ayahnya, Momo bekerja atas kemauan sendiri.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved