Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rel Kereta Api Sulsel Belum Sampai di Parepare Karna kultur Geografis di Dominasi Pegunungan

"Kalau kita mempertahankan pembangunan jalur kereta api di Parepare lurus, maka solusinya trowongan," ujarnya.

Penulis: Darullah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/DARULLAH
Kepala Pusat Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, Jumardi. 

TRIBUNPAREPARE.COM, PAREPARE - Penyebab pembangunan rel kereta api Sulsel hingga saat ini belum sampai di Kota Parepare dikarnakan kultur geografis Parepare di dominasi pegunungan.

Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan, Jumardi kepada TribunParepare.com, Rabu (10/5/2023).

"Kalau kita mempertahankan pembangunan jalur kereta api di Parepare lurus, maka solusinya trowongan," ujarnya.

"Dulu Sudah kita hitung, untuk bisa sampai di Data'e, Soreang, Kota Parepare itu membutuhkan trowongan 3 setengah kilo meter dengan menelan anggaran hampir 2 triliun untuk hanya membangun trowongan tersebut," jelas Jumardi.

Inilah yang perlu kita review, kata Jumardi, yang mana secara ekonomis dapat kita lakukan, apakah itu dibelokkan sedikit atau terus lurus tapi dengan sekuensi biaya yang begitu besar tapi tidak ada dampak ekonomi

Karna itu di dalam trowongan, siapa yang mau melakukan geliat ekonomi di dalamnya.

Pihaknya memaparkan bahwasanya teknologi kontruksi pembangunan rel kereta api ada tiga jenis, yang pertama yaitu at grade (relnya menempel di tanah), yang kedua elevated (fly over), dan yang ketiga anderhrout (trowongan).

Perbandingan biaya ketiganya yaitu kalau 1 Km at grade kita anggap nalai satu, tapi kalau elevated itu empat, sementara anderhrout perbandingannya itu 10.

"Kalau satu Km rel at grade dibangun dengan Rp 5 M, maka rel elevated itu capai Rp 200 M, dan kalau rel anderhrout itu perbandingannya capai Rp 500 M," paparnya.

Ia menjelaskan ini merupakan jalur kereta api Sulawesi, artinya menghubungkan Sulsel, Sulbar, Sulteng.

Jika jalur itu kita belokkan sedikit sampai di pelabuhan Parepare, maka itu akan menyusuri laut, dan akan terbentur lagi di Mamuju. Karna itu akan menembus bukit mungkin sekira 5 Km, tentu itu lebih besar lagi biayanya.

"Oleh karna itu, hal ini perlu dikaji betul bersama para pakar, mana yang lebih efektif, efisien dan memberikan dampak ekonomi yang besar," tandasnya.

"Kita bisa mengkaji mulai tadi desain yang lama menembus trowongan 3 Km, kita review dan kita belokkan sedikit melewati daerah pantai dimana ada  potrnsi wisata bahari dan dapat nilai ekonominya," ungkapnya.

"Kemudian mau tidak mau nanti akan juga terbentur dengan pegunungan kira-kira di Sidrap. Tapi sudah tidak sepanjang yang tadi, misalnya sisa 1 Km saja dengan biaya hanya Rp 50 Milyar, itu bisa kita perjuangkan," pungkasnya.

Jumardi menambahkan, pembebasan lahan di Parepare pernah dilakukan sebelumnya, namun karna kendala teknis, sehingga harus dihentikan untuk sementara.

"Artinya belum ada kebijakan Gubernur Sulsel untuk menetapkan lokasi pembesan lahan ini," tutupnya.

 

 

Laporan jurnalis TribunParepare.com, Darullah

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved