Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ketua Komisi VIII DPR Sesalkan Ujaran Kebencian Peneliti BRIN AP Hasanuddin pada Muhammadiyah

Ashabul Kahfi menegaskan tindakan Andi Pangerang Hasanuddin dapat merusak tatanan sosial keagamaan dan kemasyarakatan.

Editor: Ari Maryadi
Tribun Timur
Ketua Komisi VIII DPR RI bidang agama dan sosial Ashabul Kahfi Djamal 

TRIBUN-TIMUR.COM -- Ketua Komisi VIII DPR RI bidang agama dan sosial, Ashabul Kahfi Djamal, menyayangkan komentar provokatif Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pengerang Hasanuddin kepada umat Muhamadiyah.

Andi Pangerang Hasanuddin berkomentar tak bijak di akun Facebook peneliti antariksa BRIN, Prof Thomas Djamaluddin.

Dalam komentar yang viral di media sosial, Andi Pangerang Hasanuddin dalam akun AP Hasanuddin mengancam halalkan darah Muhammadiyah.

Kahfi menilai Andi Pangerang Hasanuddin adalah peneliti yang menyebarkan ujaran kebencian ke publik.

Pernyataan Andi Pangerang Hasanuddin yang mengatasnamakan peneliti BRIN dianggap dapat merusak tatanan sosial keagamaan dan kemasyarakatan.

"Saya sangat mengutuk atas setiap sikap dan tindakan atas nama intelektualitas yang mendegradasi satu kebenaran lain sebagai produk dari sebuah metode ilmu yang diakui dengan ujaran kebencian yang dapat merusak tatanan sosial keagamaan dan kemasyarakatan," kata Ashabul Kahfi kepada Tribun-Timur.com Selasa (25/4/2023).

Kahfi meminta mendesak AP Hasanuddin menyampaikan permohonan maaf secara terbuka ke publik.
Termasuk berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.

Legislator Partai Amanat Nasional (PAN) itu menilai AP Hasanuddin masih perlu banyak belajar dan meningkatkan kapasitas intelektualitasnya dengan akhlak kearifan dan kebijaksanaan.

"Dalam suasana tahun politik, saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga ketenangan dan ketenteraman sosial masyarakat dengan menghindari ucapan-ucapan kebencian khususnya dalam isu SARA," kata Kahfi.

Kahfi menilai Andi Pangerang Hasanuddin adalah peneliti dengan intelektualitas tanpa hikmah.

Politisi berlatar akademisi itu mengatakan, kepakaran seseorang dalam sebuah bidang ilmu, termasuk ilmu astronomi, harus diaplikasikan dalam koridor kearifan dan kebijaksanaan.

Puncak intelektualitas bukan pada kemampuan untuk mencaci dan menyerang mereka yang berbeda dengan kita, namun bagaimana menerima perbedaan dari sebuah proses ijtihad dalam koridor keilmuan yang ilmiah berdasarkan dalil-dalil yang teruji kebenarannya.

"Penentuan awal Ramadhan dan bulan Syawal yang dapat dilakukan dengan dua metode yakni hisab dan rukyat telah mendapatkan legitimasi yang kuat dalam agama," kata Kahfi.

Sebagai metode yang diakui, kata Kahfi, apapun produk dan hasil dari kedua metode tersebut merupakan kebenaran dalam tataran ijtihadi.

"Implementasinya akan kembali pada keyakinan yang masing-masing tanpa mendegradasi atau menihilkan pendapat yang lain," tegas Kahfi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved