Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Mudik Lebaran dan Tahun Politik

Perjalanan mudik kali ini juga diwarnai dengan indahnya warna warni baliho, spanduk, bilboard, dan alat peraga lainnya yang tentu bukan APK.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi
Anggota KPU Kota Makassar periode 2013-2018 Andi Shaifuddin 

Oleh:
Andi Shaifuddin
Anggota KPU Kota Makassar periode 2013-2018/Guru MAN 1 Bone

TRIBUN-TIMUR.COM - Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. Gelombang arus pergeseran manusia dari kota ke kampung/desa ini begitu merepotkan pemerintah.

Begitu repotnya sehingga hampir semua pihak melayangkan program mudik gratis, tak terkecuali para tokoh, simpatisan, dan politisi.

Perjalanan mudik ke kampung halaman merupakan tradisi Lebaran yang dilakukan sebagian besar masyarakat Indonesia. Dari asal katanya, mudik berasal dari kata ”udik” yang artinya mengandung sifat kedesaan.

Dalam lingkup ini, secara sederhana mudik dimaknai sebagai perjalanan kembali ke desa. Tentu bukan desa dalam arti sempit, melainkan arti luas: tanah kelahiran atau kampung halaman.

Mudik bermakna kembali/pulang memeng sangat menyenangkan. Pulang dari kantor, kampus, sekolah, ponpes, rantau dst tentu jauh lebih membahagiakan dibanding pergi!

Satu satunya makna pulang/kembali yg menyedihkan adalah kembali ke ramatullah...hehehe, meskipun beberapa ulama sering mengingatkan bhw makna kematian berupa kembali/berpulang itu seharusnya tidak perlu larut dalam kesedihan karena manusia itu asli penduduk Surga melalui pintu kembali (kematian).

Jadi manusia itu bukan makhluk asli penduduk dunia. Sebagaimana mudik ke kampung halaman, seharusnya kematian itu jg harus menggembirakan.

Mudik tidak dapat dilepaskan dari upaya masyarakat menjalin silaturahmi dan menjaga kekerabatan. Keberadaan pemudik Lebaran menunjukkan perpindahan orang dari desa ke kota tak memutus pertalian sosial. Batas-batas geografi dan wilayah tidak memutus hubungan kekerabatan atau persaudaraan.

Pada mulanya, perjalanan pulang berduyun-duyun ke kampung halaman merupakan tradisi Lebaran yang menjadi urusan lingkup keluarga.

Namun, semakin tingginya pergerakan orang keluar dari wilayah asal membuat angka pemudik makin besar.

Banyaknya pemudik membuat perjalanan ke kampung halaman tak lagi urusan personal dan keluarga, tetapi sudah menjadi agenda negara.

Perayaan hari raya Idul Fitri tahun 2023 spesial. Setelah tiga kali Lebaran dirayakan dalam situasi pandemi, pembatasan mobilitas tahun ini tak lagi ketat.

Hal ini akan menjadi euforia, terutama masyarakat perantau yang telah menahan diri untuk tak merayakan Lebaran di kampung halaman tiga

Gelombang Pemudik

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved