Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Makassar

Banjir Makassar 13 Februari 2023 Terparah dalam 40 Tahun Terakhir, Bandingkan Tahun 1981 dan 2022

Banjir Makassar,Sulsel pada Senin (13/2/2023) akan tercatat sebagai bencana banjir terparah di Kota Makassar dan sekitarnya, dalam 40 tahun terakhir.

|
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Sakinah Sudin
Kolase Tribun Timur/ Sakinah Sudin
Kolase: Kondisi banjir di Makassar, Senin (13/2/2023). Banjir Makassar 13 Februari 2023 akan tercatat sebagai banjir terparah dalam 40 tahun terakhir. (Foto istimewa). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Banjir Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Senin (13/2/2023) akan tercatat sebagai bencana banjir terparah di Kota Makassar dan sekitarnya, dalam 40 tahun terakhir.

Kenapa?

Banjir akhir tahun 2022 dan awal 2021 lalu, banjir hanya menggenangi lima dari 14 kecamatan daratan Makassar.

Namun, bencana hidrometrologi awal tahun 2023 ini, "semua kecamatan kena banjir," kata Wali Kota Makassar Danny Pomanto, usai meninjau banjir di kawasan Pecinan, Jl Sulawesi, Jl Nusantara, di Kecamatan Wajo, Senin (13/2/2023).

Wali kota berlatar insiyur lansekap Unhas ini menyebut genangan air merata dari level 40 cm hingga 120 cm.

Bahkan di 50 persen kelurahan di empat kecamatan langganan banjir, Tamalanrea, Biringkanaya, Manggala, dan Rappocini, ketinggian air bisa mencapai 170 cm hingga 200 cm.

Warga Kecamatan di pusat Kota Tua, Ujungpandang, Wajo, dan Mamajang, yang selama ini bebas banjir, sepanjang 13 jam kemarin, mendadak pasrah.

Sebagian warga menyebut, selain pasang air laut lepas Bulan Purnama, luapan banjir ini juga dipicu tersumbatnya saluran air tua kota, menyusul belum rampungnya proyek sanintasi modern kota.

Kondisi banjir Makassar tepatnya di Jl AP Pettarani, Senin (13/2/2023) siang.
Kondisi banjir Makassar tepatnya di Jl AP Pettarani, Senin (13/2/2023) siang. (Tribun Timur/ Sanovra JR)

Banjir dan luapan air laut pesisir timur Selat Makassar, bahkan mengalir masuk ke pelataran lobi Makassar Golden Hotel (MGH), dan lantai satu Hotel Imperial Aryaduta.

Ini tak pernah terjadi sebelumnya.

"Sejak hotel ini dibangun 1984, Tidak pernah air masuk setinggi ini di lobi," kata Pieter Gozal, pemilik hotel berbintang tertua di kawasan Pantai Losari, Ujungpandang.

Hingga petang kemarin, pihaknya terpaksa mengerahkan tenaga pembersih tambahan untuk menjaga kenyamanan puluhan tamu di lantai atas hotel bibir Losari itu.

Di kecamatan Kepulauan, Sangkarrang dan Ujung Tanah, badai luapan air pasang dan angin kencang juga mengancam pemukiman sekitar 20 ribu warganya.

Tak hanya Makassar, banjir juga dirasakan sekitar 1.3 juta warga di Gowa, Takalar, Maros dan Pangkep, empat kabupaten di radius 3 hingga 50 km dari ibu kota provinsi.

Baca juga: Kumpulan Foto Banjir di Makassar: Macet Panjang, Motor Mogok, hingga Warga Pakai Perahu Karet

Dampak banjir Makassar hingga akhir pekan Februari

Merujuk prediksi BMKG, Danny Pomanto memperkirakan skala dampak banjir Makassar masih akan berlanjut hingga akhir pekan Februari 2023 ini.

Kondisi banjir Makassar tepatnya di Jl AP Pettarani, Senin (13/2/2023) siang.
Kondisi banjir Makassar tepatnya di Jl AP Pettarani, Senin (13/2/2023) siang. (Tribun Timur/ Sanovra JR)

 

BMKG sejak akhir pekan lalu, memprediksi badai hidrometrologi (hujan deras, angin puting beliung, tanah longsor, dan rob) akan melanda mulai Minggu (12/2/2023) hingga Kamis (16/2/2023).

Informasi rilisan BMKG Wilayah IV Makassar, untuk Kota Makassar hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat di 14 Kecamatan; Mariso, Mamajang, Makasar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, Tallo, Ujung Tanah, Panakukkang, Tamalate, Biringkanaya, Manggala, Rappacini, Tamalanrea, dan sekitarnya.

Banjir Makassar Tahun 1981, 2021, dan 2022

Banjir terparah Makassar tercatat tahun 1981 lalu, dengan skala massif dan merendam kawasan kilometer nol kota.

Pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir meluas hingga kawasan pemukiman di selatan, tenggara, timur, barat, dan utara kota, dengan estimasi warga terpapar genangan hingga 150 ribu, di 72 kelurahan di 13 kecamatan.

Banjir Februari 2023 ini, juga lebih parah dibanding banjir puncak masa pendemi, Desember 2021.

Hujan deras yang mengguyur Kota Makassar (70 mm hingga 150 mm), menyebabkan ruas jalan dan sejumlah wilayah pemukiman warga terendam banjir ketinggian 50-120 centimeter, Selasa (7/12/2021).

Data BPBD Kota Makassar, kala itu, menyebut sedikitnya enam kecamatan dari 14 kecamatan terdampak banjir.

Data sementara dari BPBD Makassar mencatat ada 3.206 jiwa pengungsi yang tersebar di 37 titik pengungsian di enam kecamatan.

Sedangkan banjir Makassar tahun 2022, tepatnya pada Sabtu (24/12/2022) akibat cuaca ekstrem, mengakibatkan 3.046 rumah warga di sejumlah wilayah Makassar terendam dan 8.687 orang terdampak.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim di Sulawesi Selatan berlangsung pada 12-16 Februari 2023.

Hingga 2022 lalu, Makassar tercatat kota terluas dan berpenduduk terbesar di timur Indonesia, 1,8 juta jiwa.

Upaya Strategis Pemerintah atasi Banjir

Dalam catatan Tribun Timur, setidaknya ada empat upaya strategis pemerintah pusat, regional dan kota, mengatasi banjir di kota seluas 105 km2 ini.

Di level APBD Kota, dinas PU dalam 10 tahun terakhir, membersihkan saluran dan sumbatan saluran air pemukiman.

Di level provinsi, normalisasi dua kanal dan rahabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang.

Untuk meningkatkan kapasitas tampung Sungai Tallo juga dilakukan Normalisasi Sungai dan  Tanggul sepanjang 3 kilometer pada tahun 2022.

Maret 2021 lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan penggunaan Kolam Regulasi Nipa-Nipa.

Kolam ini diharapkan mampu mengurangi luas genangan banjir di Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Maros hingga 45 persen, dari 1.955 hektar menjadi 1.075 hektar.

Dari APBN, melalui Kementerian PUPR sejak tahun 2015, pemerintah membuat 83,93 hektar Kolam Regulasi Nipa-Nipa di dua kecamatan, Antang, Manggala dan Rappocini.

Kolam Regulasi Nipa-Nipa dinilai bisa menampung 2,74 juta m3 air, diharapkan mampu mereduksi banjir sebesar 153 m3/ detik atau lebih rendah 32 persen dari debit banjir semula yang mencapai 482 m3 per detik, sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko banjir pada enam Kecamatan, yakni Patalassang, Moncongloe, Manggala, Panakukang, Tallo, dan Tamanlanrea.

Kolam Regulasi Nipa-Nipa dibangun sejak tahun 2015 hingga 2019 di bawah tanggungjawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jenebarang dengan kontraktor PT. Adhi Karya dan Rezeki-Nur Ali Mandiri, KSO.

Biaya pembangunannya bersumber dari APBN sebesar Rp 321 miliar digunakan untuk membangun kawasan Kolam Regulasi Nipa-Nipa seluas 84 hektar dan sarana prasarana pelengkapnya seperti tampungan air, bangunan pelimpah (spillway),stasiun pompa, sluiceway, tanggul keliling, jembatan syphon, hingga area taman untuk rekreasi. (Tribun-Timur.com/ Thamzil Thahir)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved