Reuni
Seru-seruan Reuni Forkom UIN Alauddin Makassar
Hujan mengguyur Wisata Kebun (Wiskeb) Gowa, tapi tetap tidak menyurutkan semangat silaturahmi sesama alumni IAIN/UIN Alauddin Makassar..
Laporan Citizen Reporter, Muliaty Mastura Yusuf
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hujan mengguyur Wisata Kebun (Wiskeb) Gowa, tapi tetap tidak menyurutkan semangat silaturahmi sesama alumni IAIN/UIN Alauddin Makassar.
Silaturahmi Forum Komunikasi (Forkom) dirangkaikan dengan milad ke-3, berlangsung dua hari, Sabtu dan Ahad 28-29 Januari 2023.
Seru-seruan acara penuh makna. Ibarat kisah 1001 malam.
Bayangkan, bila ada di antara mereka yang baru ketemu setelah 30 tahun meninggalkan kampus satu IAIN di Jalan Sultan Alauddin.
Peluk hangat dan cipika cipiki jadi pembuka kunci kegembiraan. Berbagi cerita dan pengalaman. Juga berbagi ole-ole dan pula ada transaksi jual beli.
Ada yang jual kacang langkoseng Karaeng, aneka macam snack, tas, mukena, parfum, dan selimut.
Reuni dihadiri alumni dari Sabang sampai Merauke, ada dari Belanda (Belakang Daya), dari Bali (Ba'leanna Limbung), ada dari Bandung (Bantaeng dekat Gunung), ada pula peserta dari Jakarta dan Tarakan Kalimantan Utara
Peserta dari Bandung, Raodah, membawa ibunya yang sedang sakit lengkap dengan kursi rodanya, juga ditemani suami dan seorang putrinya.
Dia yang menangani urusan ceklis baju kaos berikut pembayarannya.
Dia juga membawa berbagai macam makanan ringan seperti Jipang dan jagung marning.
Aneka macam bumbu-bumbu dapur seperti merica, bawang merah dan putih, gula merah, jahe, dan lain-lain.
Di antara peserta lainnya, ada yang membawa minuman minas dari Sinjai, salak dari Pinrang, rambutan satu karung entah siapa yang bawa, ada kue taripang buatan Asma, ada kue-kue basah lainnya melengkapi.
Ada pula Asmawati yang menangani urusan konsumsi. Hampir semua peralatan dapurnya dibawa ke Wisata Kebun.
"Seperti orang yang mau pindah rumah, " celoteh Sarah, putrinya yang juga ikut meramaikan acara.
Mengapa banyak bahan-bahan mentah dan bumbu-bumbu dapur dibawa? Karena untuk mengisi kampung tengah, tidak ada makanan yang diorder (pesan antar) seperti era kekinian ini.
Reuni ala-ala 90-an, dimana pada masa itu belum trend yang namanya pesan online.
Tapi, memang panitia mau sibuk masak- masak hasil olahan sendiri.
Menu makan siang sudah disiapkan di rumah seksi konsumsi. Ada ikan rebus, lawara', dan sayur asem.
Menu makan malam, ada ayam palekko yang diproses di wiskeb, ikan rebus, burasa dan lawara.
Yang masalah karena ketersediaan piring tidak cukup.
Ada stok piring plastik, tapi tidak tahu keberadaan piring tersebut ada di mana. Akibatnya, harus nyuci piring sendiri.
Peralatan-peralatan kotor lainnya juga dieksekusi di kamar mandi yang hanya tersedia satu kamar.
Mana mau mandi, pipis, boker, ambil air wudhu, harus antre dan sabar.
Pada Ahad (29/1/2023), bikin nasi goreng dan sarabba.
Hanya saja, alat untuk menghaluskan bahan-bahan tidak ditemukan di mana rimbanya.
Akhirnya, Sabtu malam, nekat pergi ke pasar Sungguminasa beli bahan tersebut.
Untung penjualnya baik hati, bahan-bahan yang dibeli itu, diblenderkan sendiri oleh si penjual.
Giliran mau tidur, bed tidak cukup. Satu tempat tidur empat orang di atasnya.
Selebihnya melantai kedinginan dihantam AC.
Ada yang suka kalau AC distel 16 derajat, ada juga yang tidak tahan kalau dingin banget apalagi hujan tiada henti, bikin dingin sampai menusuk tulang.
Sementara bapak-bapaknya, disediakan satu kamar dengan tiga bed.
Tapi dua orang kurang sehat akibat kena hujan dan kecapean, akhirnya yang lain tidur di luar kamar. Untung tidak banyak nyamuk mengganggu.
Sebagian juga balik ke rumah alias tidak menginap dan esok balik lagi ke Wiskeb.
Usai shalat subuh, siap- siap goreng nasi. Malamnya, nasi yang mau digoreng tersebut, dikukus sendiri oleh Fit Suria, sampai hampir pkl 03:00 dinihari.
Nah, mau goreng nasi, mau juga dadar telur, juga masak sarabba, sementara kompor gas satu mata. Ada kompor dua mata, tapi begitu dites, apinya tidak mau bersahabat.
Jadi, yang pertama dikerjakan adalah masak sarabba dihandle oleh Hajar dan Atmi.
Dicoba dan dicoba hasilnya belum manis. Tambah lagi gula merah, belum juga manis, dan tambah lagi. Eh giliran manis banget, maka tambah air.
Setelah itu, dadar telur. Mau dadar telur, tidak ada sude'nya (alat yang digunakan membalik-balik), terpaksa pakai sendok sayur. Inilah yang dikatakan, tak ada rotan akar pun jadi.
Cobalah dibayangkan bagaimana uniknya ini telur dadar. Karena hasilnya bukan bentuk telur dadar, jadi tidak tahu apa namanya.
Berikutnya mau goreng nasi. Ini prosesnya lebih seru lagi karena tidak mungkin mau pake sendok sayur mengaduk. Yah apa boleh buat, pakai dua piring kaca diaduk-aduk akhirnya oke juga.
Proses menggoreng nasi dilakukan dua kali karena jumlahnya banyak. Proses pertama lumayan memuaskan. Tapi kali kedua, diaduk-aduk, eh ternyata tidak panas. Ada apa ya? Oh rupanya kompornya belum dinyalakan.
Ketika dinyalakan, langsung pakai api tinggi. Diaduk- aduk terus, eh, rupanya sdh ada bau-bau hangus sedikit, maka cepat dimatikan.
Akhirnya nasi goreng dengan telur dadar dan irisan bakso plus irisan timun siap santap. Ditambah lagi sarabba dan pisang goreng, maka lengkap sudah.
Forkom diprakarsai Pak Alamsyah, salah seorang dosen senior di Fakultas Dakwah UIN Alauddin.
Selain agenda tiap tahun reuni, program unggulan dari Forkom adalah tadarus Al-Quran, berbagi ke kaum dhuafa, dan pemberdayaan alumni terkait dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Harapannya, alumni yang bergerak di UMKM dapat lebih berkembang dan memeroleh respon positif, baik UIN sebagai institusi maupun pribadi para alumni.
Turut hadir pada reuni ini, kanda kandidat Doktor Gazali Suyuti (mantan Kepala Kemenag Sulsel dan mantan Warek 3 UIN Alauddin).
Hadir pula pendiri dan Ketua Yayasan STIT Ibnu Khaldun Tarakan Kalimantan Utara, kanda Pahmuddin bersama istri, Sarinah, juga Rektor Institut Amana Gappa, Dr Azis Muslimin dan istri. (Muliaty Mastura Yusuf)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.