Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahasiswa Meninggal saat Diksar

Alasan Keluarga Virendy Marjefy Wehantouw Laporkan Panitia Diksar Mapala ke Polres Maros

Polres Maros sudah menerima laporan dari adik Virendy Marjefy yang meninggal saat diksar Mapala Teknik Unhas.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/NURUL HIDAYAH
Kapolsek Tompobulu menunjukkan lokasi meninggalnya Virendy Marjefy Wehantouw (18), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar di Kampung Bara-Barayya, Dusun Makmur, Desa Bonto Manurung, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Senin (16/1/2022). Keluarga Virendy Marjefy Wehantouw (18), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar yang meninggal saat mengikuti diksar Mapala di Tompobulu meminta Polsek Maros untuk menyelidiki kejadian ini. 

Pasalnya mahasiswa yang tengah melakukan diksar ini sebelumnya tidak melapor ke pemerintah maupun polsek setempat.

"Sampai saat ini kami tidak mendapatkan penyampaian mengenai kegiatan itu. Padahal biasanya jika ada kegiatan seperti itu, maka ada penyampaian, tapi ini tidak ada," tuturnya.

Sementara itu Kepala Desa Bonto Manurung Mustakim mengatakan kalau pihaknya tidak mengetahui adanya kegiatan diksar itu.

"Padahal seharusnya kalau ada kegiatan itu bersurat ke desa dan polsek setempat. Tapi ini tidak ada pemberitahuan sama sekali," katanya.

Dia mengaku baru mengetahui adanya kegiatan itu setelah adanya informasi mengenai mahasiswa Unhas yang meninggal saat diksar.

Baca juga: Gubernur Sulsel dan Pejabat Unhas Berduka Atas Meninggalnya Virendy Marjefy saat Diksar Mapala

Baca juga: Mahasiswa Unhas Meninggal saat Diksar Mapala, Ayah Mendiang Minta Kasus Diusut Tuntas

"Setelah ada yang meninggal saya baru tahu dan turun mencari tahu. Saya tanya ke warga dan ternyata ada memang rumah warga yang ditempati menginap," katanya.

"Di situ juga kita baru tahu kalau ada korban meninggal dan ditandu oleh temannya ke rumah salah satu warga Daeng Rosi," akunya. 

Sedangkan Daeng Rosi mengaku sebelum korban dibawa ke rumahnya ada sekitar 10 orang temannya yang datang untuk izin memasak.

"Mereka datang itu Jumat tengah malam, sekitar pukul 23.00 Wita. Saat sampai di rumah saya lihat korban sudah meninggal dunia, kukunya hitam dan badannya sudah kaku. Sudah saya sampaikan kalau sudah meninggal tapi mereka terus berusaha menggoyangkan korban," katanya dengan bahasa Makassar.

Rombongan peserta dan panitia diksar ini meninggalkan rumahnya sekitar pukul 02.00 Wita.

"Katanya ada temannya yang sudah dihubungi mau jemput mereka di Jembatan Bonto Manurung. Mau dibawa ke rumah sakit. Jadi ada mungkin tiga jam di rumah," akunya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved