Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ngovi Tribun Timur

KKLR Minta Masyarakat Luwu Raya Diperhatikan, Baharuddin Solongi: Jangan Sibuk Ambil SDA Saja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan masih kurang dalam memperhatikan kesejahteraan rakyat Luwu.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Hasriyani Latif
Tangkapan layar YouTube Tribun Timur
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Baharuddin Solongi saat tampil sebagai narasumber Ngobrol Virtual Tribun Timur, Jumat (13/1/2023). Baharuddin Solongi meminta pemerintah memperhatikan Wija to Luwu. 

Di Luwu Timur misalnya, di wilayah Malili sampai Sorowako itu hamper semuanya nikel.

"Tapi penggarapan itu tidak maksimal. Kalau ini diseriusi, warga Luwu tidak ada lagi yang miskin, tidak ada lagi yang pengangguran," katanya.

Tetapi faktanya berbeda. "Makanya kami meminta agar kami bisa lebih mandiri. Percepat Provinsi Luwu Raya. Permudah kami dalam pembentukan Luwu Tengah sehingga provinsi ini bisa cepat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Semarak ke-77 HPRL Andi Tadda mengatakan, warga Luwu merasa dianaktirikan oleh pemerintah Sulawesi Selatan.

“Itu tadi adalah aspirasi murni dari rakyat Luwu Raya. Bahkan, ketika ada orang yang bertanya apa sih hubungannya antara HPRL dengan pernyataan pemekaran Provinsi Luwu Raya," jelasnya.

"Nah, kalau di HPRL ceritanya semangat rakyat Luwu melawan penjajah yang mau mengambil hak kita. Semangat perlawanan atas ketidakadilan itu yang mau kita bangkitkan kembali. Semangat perlawanan itulah yang mau kita bangkitkan,” pungkasnya.

Melalui momen ini, sambung Andi, pihaknya berusaha mengingatkan kembali perjuangan rakyat Luwu Raya untuk melawan ketidakadilan yang ada.

Baca juga: 2 Siswa SMA Athirah Dapat Beasiswa Sekolah ke London

Baca juga: Viral Ciki Ngebul Makan Korban, Dinkes Maros Instruksikan Petugas Puskesmas Awasi Jajanan di Sekolah

Yang menjadi musuh kita saat ini adalah ketidakadilan, kemisikinan, ketidakadilan pemerataan pembangunan.

"Nah kalau kita hitung kontribusi Luwu Raya melalui SDA kepada pemerintah Pemprov Sulsel itu besar sekali. Namun kenyataannya, apa ekspetasi kita tentang pembangunan tidak seperti yang kami harapkan,” jelasnya.

Bahkan, kata Andi, terminologi Wanua Mappatuo na Ewai Alena hari ini justru tidak terlihat di masyarakat

“Sejak dulu masyarakat Luwu Raya dikenal dengan Wanua Mappatuo na Ewai Alena. Itu merupakan terminologi tentang kemandirian dan swasembada. Artinya apa saya yang ada di Luwu seharusnya bisa menghidupi masyarakat di dalamnya," jelasnya

Tetapi hingga saat ini kita masih mendapati kemiskinan, kita masih mudah mendapat anak yang putus sekolah, masih banyak pengangguran,” tutupnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muh Sauki Maulana

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved