Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Antara UBUNTU dan Kearifan Lokal Manusia Bugis

Selain Tellu Cappa, ada juga 3M (Macca, Malempu, Magetteng), ada pula Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge (saling menghormati

Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Prof Dr Sukardi Weda SS MH MM, Sekretaris Komisi Infokom MUI Sulsel 

Sukardi Weda
Guru Besar Universitas Negeri Makassar
 

TRIBUN-TIMUR.COM - Setiap suku bangsa dan kelompok etnik memiliki keunikan, keragaman budaya, dan kearifan lokal yang menjadi pedoman untuk bertindak tanduk dan bertutur dalam kehidupan sehari – hari.

Kearifan lokal tersebut secara turun – temurun digunakan oleh generasi berikutnya sebagai pemilik dari budaya dan kearifan lokal itu.

Kemarin, tepatnya Selasa, 20 Desember 2022, seorang teman yang tinggal nun jauh di sana, tepatnya di Jakarta mengirim satu narasi disertai dengan foto unik di group WhatsApp, yakni foto seorang peneliti/fotografer dengan tiga orang anak berkulit hitam tanpa memakai baju sedang berjongkok untuk memperhatikan kamera yang ada di hadapannya.

Ketiga anak tersebut sedang mencermati kamera yang ada di depan mereka yang diperlihatkan oleh sang fotografer kulit putih.

Teman tersebut mengirim narasi dan foto itu pada group WhatsApp (WA) dengan nama Diaspora Internasional Indonesia, kebetulan juga saya salah satu anggota dari group WA itu.

Pesan narasi dan foto unik tersebut bertajuk “UBUNTU” menyampaikan pesan perdamaian, kemanusiaan, persamaan, dan toleransi, tentu tanpa perbedaan.

Karena hemat saya pesan narasi dan foto berjudul UBUNTU tersebut menarik, maka sekonyong – konyong saya kirim ke salah satu WA teman saya, dan tidak berselang lama, hanya hitungan menit, teman saya tersebut mengirim narasi dan foto itu ke salah satu group WA, karena memang pesannya sangat menyentuh.

Isi narasi “UBUNTU” tersebut seperti saya kutip dari WA teman saya, tentu saya sudah edit supaya enak dibaca, bunyinya “Seorang Antropolog menunjukkan permainan kepada anak – anak salah satu suku di benua hitam, Afrika.

Sang Antropolog berkulit putih itu meletakkan satu keranjang berisikan buah yang tentu mengundang selera, tepatnya di dekat sebuah pohon, entah apa nama pohon itu.

Sang Antropolog lalu memberi petunjuk kepada anak – anak tersebut, dengan mengatakan siapa yang pertama kali berlari dan menggapai keranjang berisikan buah – buahan tersebut, berhak untuk mendapatkan sekeranjang buah itu, tentu buah itu boleh dibawah pulang ke rumahnya untuk disantap bersama dengan keluarganya, bapak, ibu, dan tentu kakak dan adik – adiknya. Tapi begitu sang Antropolog memberi aba – aba untuk berlari, ‘Mulai…..!!!.” Sang Antropolog terkejut bukan kepalang, karena rupanya anak – anak tersebut tidak berlari untuk memperebutkan keranjang buah itu, tetapi justru bergandengan tangan, tanpa berebut saling mendahului.

Ketika sang Antropolog bertanya dengan penuh penasaran: Kenapa kalian melakukan itu? Padahal kalian punya kesempatan untuk mendapatkan sekeranjang buah seorang diri?.

Merekapun menjawab: “Ubuntu !!! …, bagaimana salah satu dari kita bisa bahagia, sedangkan teman yang lain bersedih.” Rupanya Ubuntu dalam peradaban mereka memiliki arti: “Aku adalah Kita.” Suku itu memahami rahasia kebahagiaan sesungguhnya yang justru hilang atau ‘dihilangkan’ dalam kehidupan masyarakat modern yang sangat individualistis, egosentris, dan hedonis.

Kata hedonis disini sengaja ditambahkan oleh penulis untuk melengkapi perilaku para penguasa yang tamak dan tidak peduli terhadap orang – orang yang ada di sekitarnya.

Padahal mereka menganggap diri mereka sebagai masyarakat yang paling beradab!. Narasi tersebut ditutup dengan kata Mikir …..!

Rupanya narasi dan foto tersebut bertajuk “UBUNTU”, sangat menyentuh dan dapat dijadikan pedoman dalam bertindak dan bertutur di masyarakat kita, meskipun jauh dari asalnya, yaitu benua hitam, Afrika.

Di Indonesia, juga memiliki keragaman adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal. Seiring dengan beragamnya suku bangsa dan kelompok etnik, Indonesia juga menghadirkan berbagai macam keunikan dan kearifan lokal yang mengundang selera para turis asing untuk bertandang ke Indonesia.

Salah satu suku bangsa yang memiliki keunikan adalah suku Bugis, atau sering literatur menyebutnya Manusia Bugis.

Suku Bugis atau manusia Bugis yang tinggal di Sulawesi Selatan dari dulu dikenal sebagai pelaut ulung dengan kearifan lokal dan falsafahnya “Tellu Cappa: Cappa Lilla (Ujung Lidah), Cappa Kawali (Ujung Badik), dan Cappa Parewanna Uranewe (Ujung Kemaluan).” Ketiga ujung tersebut jangan dimaknai negatif, tetapi Tellu Cappa (Tiga Ujung) tersebut perlu dimaknai sebagai penyemangat Manusia Bugis, terutama generasi mudanya. Tellu Cappa perlu ditempatkan sebagai daya pendorong untuk sukses, baik di kampong halaman, apalagi di tempat perantauan sebagai diaspora.

Selain Tellu Cappa, ada juga 3M (Macca, Malempu, Magetteng), ada pula Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge (saling menghormati, dan saling menghargai satu sama lain, sipakaraja).

Ada pula kearifan lainnya, seperti “Rebba Sipatokkong, Mali Siparappe, Malilu Sipakainge (Saling menegakkan, bila hanyut saling mendamparkan, dan saling mengingatkan satu dengan yang lain,” adalah falsafah Manusia Bugis yang perlu dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari – hari, dengan kepada siapa kita berinteraksi.

Bila ada anggota kelompok atau masyarakat yang sedang dirundung duka, masalah, maka dengan sendirinya kita bagian dari mereka, maka sekonyong – konyong rasa ibah dan empati muncul untuk turut meringankan. Seperti petuah agama, yang tua dihormati, dan yang muda disayang.

UBUNTU dan kearifan lokal manusia Bugis, Rebba Sipatokkong, Mali Siparappe, Malilu Sipakainge, memiliki banyak kesamaan, yakni saling memiliki rasa, empati, tolong menolong dalam kehidupan sehari – hari, oleh karena itu Manusia Bugis, terutama generasi mudanya perlu memahami dan mengimplementasikan kearifan Bugis dalam kehidupan sehari – hari.

Demikian halnya dengan manusia – manusia lainnya di negeri ini, juga seyogyanya menjalankan kearifan lokalnya dalam bermasyarakat sebagai energy positif untuk membangun bangsa ini menuju Indonesia yang maju dan sejahtera.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved