Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penanganan Stunting

Cegah Stunting, PKK Gowa Lakukan Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita di Kecamatan Manuju

Dengan adanya pemberian makanan tambahan bagi balita dan anak di setiap desa, mampu menurunkan angka stunting di Gowa.

TRIBUN-TIMUR.COM/SAYYID
Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa Mussadiyah Rauf bersama jajarannya melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (15/12/2022). Makanan tambahan yang diserahkan berupa telur, beras, susu, kacang merah, kacang hijau, dan biskuit. 

TRIBUNGOWA.COM, MANUJU - Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Gowa memasifkan upaya penanganan stunting.

Seperti melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita di Kecamatan Manuju, Gowa, Sulawesi Selatan.

PMT diserahkan oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa Mussadiyah Rauf bersama jajaran TP PKK Gowa

Ia menyebut, ada tiga desa di Kecamatan Mamuju yang dikunjungi untuk menyerahkan PMT, yaitu Desa Moncongloe, Desa Manuju, dan Desa Tassese.

Mussadiyah mengatakan bahwa PMT diserahkan kepada balita dan anak yang mengalami stunting.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada rumah tangga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 

Sehingga menurut dia, kegiatan yang dilakukannya ini bertujuan untuk menurunkan angka stunting di Gowa, khususnya di Kecamatan Manuju

"Tujuan utama kami tentu dengan adanya Pemberian Makanan Tambahan ini sebagai upaya kita untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Gowa khususnya yang ada di Kecamatan Manuju," tuturnya.

Makanan tambahan yang diserahkan kepada masing-masing desa berupa telur, beras, susu, kacang merah, kacang hijau, dan biskuit.

Ia berharap, dengan adanya pemberian makanan tambahan bagi balita dan anak di setiap desa, mampu menurunkan angka stunting di Gowa.

"Semoga angka stuntingnya bisa turun menjadi nol untuk semua desa di Kecamatan Manuju," harapnya. 

Sementara itu, Kepala Puskesmas Manuju Panca Risnaeli menuturkan stunting akibat kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga masa setelah lahir.

Akan tetapi stunting nampak setelah bayi berusia 2 tahun. 

"Dengan demikian, usia 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa emas yang sangat penting mendapat perhatian baik dari aspek nutrisi maupun kesehatan lingkungan sekitar rumah tangga," ujarnya.

"Periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan," lanjutnya.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. 

Olehnya itu, intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita. 

Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. 

Pada tahun 2020, 2021, dan 2022, Pemerintah Kabupaten Gowa telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 55 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. 

"Untuk semakin memperkecil potensi terjadinya stunting maka konvergensi/keterpaduan lintas sektor dibutuhkan dalam melakukan intervensi pencegahan stunting," terangnya.(*)

Laporan Kontributor TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved