Citizen Reporter
Mahasiswa MHU UIN Alauddin Diskusi Budaya Meriahkan Global Migration Feast Festival and Culture Week
Dalam festival pesta migrasi global dan pekan budaya ini, berbagai kegiatan dilakukan seperti diskusi budaya.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Citizen Reporter
Harsuana
Mahasiswa UIN Alauddin Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam memenuhi tugas mata kuliah komunikasi lintas agama dan budaya, mahasiswa semester 7 Jurusan Manajemen Haji dan Umrah (MHU) UIN Alauddin Makassar menyelenggarakan Global Migration Feast Festival and Culture Week.
Kegiatan berlangsung di Lt Fakultas Dakwah dan Komunikasi Kampus II UIN Alauddin Makassar, Selasa (13/12/2022).
Dalam festival pesta migrasi global dan pekan budaya ini, berbagai kegiatan dilakukan.
Seperti diskusi antar budaya dan antar agama dengan tema melestarikan agama dan budaya lokal di era globalisasi.
Turut hadir dalam diskusi ini diantaranya pemateri Asrim Saputra selaku OMPI Sulsel dan Rahmat K dari pemuda Muhammadiyah dan OMPI Sulsel.
Asrim Saputra mengatakan secara tidak sadar era globalisasi mengikis pelestarian agama dan budaya, maka dari itu hukum mengatur budaya yang tidak sesuai dengan agama.
Dalam melihat dan menilai suatu budaya ini kembali ke masing-masing individu bagaimana melihat cri khas budaya tersebut dan kemudian mengambil sisi positifnya.
"Dalam mengahadapi era globalisasi, seseorang harus pintar-pintar dalam melihat dan menilai suatu budaya yang masuk ke negara sendiri. Jika budaya itu tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut maka cukup dilihat dan mengambil sisi positifnya saja," katanya.
Ia melanjutkan, budaya-budaya yang kemudian hadir di beberapa daerah itu tidak terlepas dari adanya nilai dalam budaya tersebut.
Itulah mengapa budaya tersebut tetap dilestarikan oleh nenek moyang hingga anak cucunya
Kapan nilai itu sudah tidak mempunyai nilai maka budaya tersebut akan mengalami pergeseran sedikit demi sedikit hingga lenyap.
"Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan dalam melestarikan budaya yang memang sesuai dengan agama yang di anut seperti melukakan inovasi -inovasi budaya, melalui sosial media atau menulis buku," tuturnya.
Ia pun memberikan tips dan trik agar budaya lokal tidak terkontaminasi dengan budaya luar.
Yaitu dengan memperdalam budaya diri sendiri terlebih dahulu, dan melihat nilai-nilai yang ada didalamnya.
Terkontaminasi tidaknya budaya lokal dan budaya luar itu tidak bisa dihindari sehingga kita sebagai mahasiswa hanya bisa menelaah apa yang menjadi sumber permasalahan dan dapat memberikan solusi terkait masalah budaya.
Kegiatan ini ditutup dengan kesimpulan dari moderator dimana setiap budaya yang ada memiliki nilai-nilai dan juga penyerahan sertifikat kepada pemateri.(*)