Ideologi Wasathiyah Asadiyah Sengkang Tameng Radikalisme
Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang sejak berdiri 93 tahun silam, selalu mengajarkan ideologi wasathiyah kepada santri.
Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang sejak berdiri 93 tahun silam, selalu mengajarkan ideologi wasathiyah kepada santri.
Wasathiyah merupakan paham yang menyeimbangkan antara keyakinan dengan toleransi.
Hal tersebut mendasari As'adiyah memilih tema transformasi nilai-nilai moderat Asadiyah pada Muktamar ke-XV lalu.
Demikian disampaikan Ketua Panitia Muktamar XV Asadiyah Sengkang Bunyamin Yafid belum lama ini.
Bunyamin mengatakan ideologi wasathiyah yang dianut Asadiyah menjadi tameng bagi umat dari paham radikalisme yang membahayakan bangsa Indonesia.
Apalagi, kata dia, Indonesia bangsa yang sangat beragam.
Mulai dari suku, budaya, ras, agama, bahasa, dan sebagainya.
Namun, keberagaman itu dipersatukan oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
“Alumni As'adiyah sudah tersebar di seluruh Indonesia dan siap menjadi tameng melawan paham radikalisme. Tidak mungkin ada alumni menyebarkan ajaran bertentangan wasathiyah,” katanya.
Bunyamin mengatakan Asadiyah juga memiliki peran dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Pesantren ini telah berdiri sebelum Indonesia merdeka.
Sehingga, para santri As'adiyah juga ikut berjuang memerdekakan Indonesia khususnya di Wajo dan Sulawesi Selatan.
“Asadiyah ini boleh saya katakan peranannya dalam republik ini juga sangat dibutuhkan. Sehingga sering saya katakan siapapun penentu kebijakan di Wajo ini dan di Sulsel memperhatikan As'adiyah sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah,” katanya.
Bunyamin mengatakan Asadiyah dengan NKRI tak bisa dipisahkan. Asadiyah tidak mungkin menyebarkan konsep khilafah apalagi radikalisme.
“Karena As'adiyah merupakan bagian dari pendiri bangsa ini. 15 tahun sebelum merdeka, As'adiyah sudah menyebarkan agama dan dakwah,” ujarnya.
Makna tema Muktamar XV ini adalah transformasi nilai-nilai wasathiyah Asadiyah menuju Indonesia yang bermartabat dan tangguh.
As'adiyah, kata dia, mengajarkan sikap moderat. Menurutnya, moderat merupakan ajaran agama yang adil.
“Asadiyah mengajarkan umat yang adil. Mengajarkan profesional, berlaku bersahaja, tidak dengan konsep radikalisme, ataupun konsep kiri dan kanan. As'adiyah berada di tengah-tengah,” katanya.
Cikal bakal pesantren yang ada di Sulawesi Selatan, kata dia, berasal dari As'adiyah.
Menurutnya dakwah As'adiyah mudah diterima umat, karena tidak mengajarkan kekerasan dan radikalisme.
“Transformasi nilai-nilai moderat ini penting untuk diangkat karena salah satu wilayah yang pernah didapatkan terrorism itu di Sulsel,” katanya.(*)