Opini
Surat Kabar Kampus
Sebagai ekssitensi masyarakat, maka Surat kabar kampus mempunyai fungsi yang melekat pada sistem masyarakat kampus, tempat pers itu bekerja.
Oleh:
Anwar Arifin AndiPate
TRIBUN-TIMUR.COM - Kemarin, 7 Desember 2022, Surat Kabar Kampus (SKK) “Indentitas” Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, menginjak usia ke-48 tahun.
SKK “Identitas” mulai terbit 7 Desember 1974, berbentuk tabloid 8 halaman. Saat-saat tertentu “Identitas” terbit 16 halaman.
Berarti telah 47 tahun “Identitas“ mengabdi dan melayani masyarakat akademik di kampus Unhas, Selama menjalani usianya, pengasuh dan pembaca SKK “Identitas” telah memperoleh banyak pengalaman dan ilmu.
Masa awal terbitnya SKK “Identitas”, di kampus lain terbit juga sejumlah surat-kabar kampus terbit seperti: “Integritas” di Institut Teknologi Bandung, “Salemba” Universitas Indonesia Jakarta, “Tri Darma di Universitas Tri Sakti Jakarta.
Hanya SKK “Identitas” yang dapat mempertahankan eksistensinya hingga kini.
Orang Inggris berkata bahwa pengalaman menjadikan kita sedih dan lebih arif (“sadder and wiser”).
Artinya pengalaman menjadikan kita lebih realistik dan lebih sedih, karena kita menyadari permasalahan dan tantangan tidaklah begitu sederhana seperti diduga semula.
Realisme dan kesedihan itu dapat membawa kepada keputus asaan atau kepada sikap yang sinis. Tapi sebaliknya pengalaman itu dapat menjadikan kita arif dan lebih dewasa.
Pers kampus adalah sebuah institusi sosial dan merupakan sub-sistem dalam keseluruhan sistem masyarakat akademik di kampus.
Menurut sosiolog Kanada Mc.Luhan, “Surat-kabar adalah eksitensi masyarakat dalam berkomunikasi”.
Sebagai ekssitensi masyarakat, maka Surat kabar kampus mempunyai fungsi yang melekat pada sistem masyarakat kampus, tempat pers itu bekerja.
Fungsi itu secara umum disebut fungsi informasi dan hiburan.
Penjabaran kedua fungsi itu kedalam berbagai variasi, seperti pendidikan, pembentukan pendapat umum, kritik dan kontrol sosial dan sebagainya.
Hal itu ditentukan apa yang menjadi prioritas dalam masyarakat kampus, sesuai program yang ditetapkan secara demokratis.
Perlu disadari betul bahwa sebuah surat kabar kampus yang baik sama dengen profesor doktor yang bermutu dan produktif dalam suatu perguruan tinggi, SKK memberikan informasi dan hiburan secara priodik seperti layaknya profesor memberikan informasi ilmiah kepada mahasiswanya dalam kelas.
Justru itu SKK berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dengan warga masyarakat ilmiah. SKK tumbuh sebagai atribut yang dipandang dan dihargai sama sentralnya dengan unsur-unsur perguruan tinggi lainnya.
Wajar jika pada HUT ke-48 ini, saya selaku Pemimpin Redaksi dan (1974-1986) pendiri SKK “Identitas”, menghimbau semua pihak agar secara bersama-sama mengembangkan mutu SKK “Identitas”.
Sebagai subsistem dalam totalitas sistem pengembangan Unhas, patut sekali SKK itu dipertahankan eksistensinya.
Awalnya SKK “Identitas” dididirikan dan diasuh oleh: Ahmad Amiruddin (Pemimipin Umum), Syafri Guricci (Wakil Pemimpim Umum), Kadir Sanusi (Pemimpin Penerbitan), dan Anwar Arifin (Pemimpin Redaksi).
Staf redaksi dan repoter diangkat dari beberapa mahasiswa yang memiliki minat dan bakat jurnalistik.
Ternyata dari 30 ribuan mahasiswa Unhas hanya sepuluhan, yang aktif betul setiap periode (4-5 tahun).
Minimnya minat dosen dan mahasiswa dalam bidang jurnalsitik, mengingatkan kita kepada seorang pemimpin surat-kabar terkemuka di Mesir yang menolak menjadi MENTERI dalam kabinet yang dibentuk Presiden Anwar Sadat.
Alasannya menarik, bahwa di negaranya banyak orang yang bisa menjadi menteri, tetapi tidak ada sepuluh orang yang bisa menjadi jurnalis (wartawan) yang baik.(*)