Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

YABB Luncurkan Makassar Je'ne Tallasa, Air Hujan Disulap Jadi Air Minum

Solusi selanjutnya adalah pembangunan teknologi filtrasi air menggunakan pot keramik lokal Terra Water.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Ina Maharani
HANDOVER
YABB Luncurkan Makassar Jene Tallasa, Air Hujan Disulap Jadi Air Minum 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba bagian Grup GoTo bersama changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek Makassar Je'ne Tallasa.

Peluncuran proyek Makassar Je'ne Tallasa berlangsung di Hotel Mercure, Jl AP Pettarani, Kota Makassar, Rabu (30/11/2022).

Proyek gotong-royong ini menerapkan teknologi inovatif yang mengolah air hujan menjadi air minum dipadu dengan edukasi yang membangun kemandirian masyarakat Tallo.

Para changemakers dari Celebes Green Project, Terra Water, dan Kopernik mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis air bersih di Tallo.

Permasalahan krisis air bersih di Tallo dinilai mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat.

Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa, Monica Oudang mengatakan, proyek tersebut sejalan dengan komitmen CCE.

“Ini untuk mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan air di Indonesia, YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi,” kata Monica.

Untuk mengatasi permasalahan air di Kecamatan Tallo, YABB dan dan para changemakers menghadirkan tiga solusi utama yang memadukan teknologi dengan edukasi agar menghasilkan dampak nyata yang berkelanjutan.

Perwakilan Changemakers Makassar Je'ne Tallasa, Indah Febriany mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan Tametotto untuk menerapkan teknologi pemanenan air hujan (PAH) bawah tanah dengan kapasitas besar, yaitu 160.500 liter.

“Alhasil, saat teknologi ini bekerja dengan kapasitas penuh, pasokan air bersih diestimasi bisa mencukupi 100 keluarga per hari,” kata Indah

Teknologi yang dibangun di area sekitar Kompleks Makam Raja-raja Tallo ini dinilai mampu mengurangi genangan air akibat curah hujan tinggi maupun luapan muara sungai di daerah padat penduduk dengan resapan air yang minim.

Indah menambahkan, dengan jarak hanya 100 meter dari pemukiman, sumber air ini juga mampu menghemat waktu para perempuan dan anak-anak yang mengambil air setiap hari.

“Hal ini bisa memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan,” tambahnya.

Solusi selanjutnya adalah pembangunan teknologi filtrasi air menggunakan pot keramik lokal Terra Water.

Teknologi penyaringan air ini akan membantu 100 rumah tangga dan 37 sekolah mengurangi risiko terjangkit penyakit yang disebabkan oleh air minum tidak layak konsumsi seperti diare dan tifus.

Kemudian solusi lainnya yang dijalankan adalah edukasi dan kampanye tentang air, sanitasi, dan kebersihan, serta pemeliharaan sistem pengolahan air bersih.

“Edukasi ini menyasar tokoh masyarakat, keluarga, dan sekolah di wilayah tersebut. Kami berharap edukasi ini akan meningkatkan pemahaman serta mengubah perilaku masyarakat mengenai pentingnya menggunakan air bersih dan konsumsi air minum aman, dan bagaimana bertanggung jawab dalam menjaga kualitas air," jelas Indah.

Diharapkan Urai Banjir

Direktur Pusat Kajian Rekayasa Sumber Daya Air Universitas Hasanuddin Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa mengatakan, proyek pengelolaan sumber daya air ini diharapkan mampu mengurai isu kekeringan, banjir, dan kualitas air yang kompleks dan mendesak.

Kecamatan berpenghuni 148.228 jiwa ini, kata dia, dilalui Sungai Tallo yang merupakan salah satu sumber pasokan air Kota Makassar.

Namun, kecamatan ini memiliki kelurahan dengan potensi kekeringan terbanyak di Makassar, terutama saat kemarau.

“Hal ini jelas memperlihatkan adanya kebutuhan akan solusi yang tepat,” kata Rita.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved