39 Orang Masih Hilang, BMKG Imbau Pengungsi Gempa Cianjur Waspadai Longsor dan Banjir Bandang
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati imbau pengungsi gempa Cianjur mewaspadai potensi longsor dan banjir bandang.

TRIBUN-TIMUR.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengumumkan tambahan korban jiwa gempa bumi di Cianjur menjadi 272 orang per Kamis (24/11/2022).
Berkaca pada hari sebelumnya, Rabu (23/11/2022), jumlah korban jiwa mencapai 271 orang sehingga hari ini bertambah satu korban meninggal.
Suharyanto menjelaskan satu korban meninggal bernama Nining (64).
Sementara dari total korban jiwa, jenazah telah berhasil diidentifikasi sebanyak 165 orang.
“Sementara siapa masih kita cari identitasnya masih ada 107 jenazah,” ujarnya dalam konferensi pers di YouTube BNPB.
Kemudian karena ada penemuan satu korban meninggal, maka korban hilang menjadi 39 orang pada hari ini (kemarin).
Dari 39 korban hilang, 32 orang adalah warga Cijendil, Kecamatan Cugenang.
“Dan ada tujuh warga yang melintas di sekitar situ dan menjadi korban,” kata Suharyanto.
Suharyanto mengungkapkan seluruh korban hilang sudah teridentifikasi.
Imbauan BMKG
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati imbau pengungsi gempa Cianjur mewaspadai potensi longsor dan banjir bandang.
Dilansir laman BMKG, imbauan disampaikan secara khusus kepada pengungsi yang bermukim di daerah lereng perbukitan, lembah, atau bantaran sungai.
Dwikorita mengatakan adanya kemungkinan lereng-lereng di Cianjur rapuh setelah terjadinya gempa pada Senin (21/11/2022) lalu.
Dwikorita menambahkan kemungkinan itu diperparah dengan tingginya intensitas hujan di Cianjur.
Lereng-lereng yang rapuh ditambah hujan deras dapat memicu longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng.
“Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin,” ujarnya.
Dwikorita menambahkan banyaknya korban jiwa yang jatuh akibat gempa ini lantaran bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa.
Ia meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa bumi.
Karena dikhawatirkan tidak kuat menopang dan ambruk jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
“Untuk sementara jangan memaksa kembali ke rumah jika bangunan rusak atau retak-retak. Apalagi hingga pukul 06.00 WIB, 22 November 2022, telah terjadi 117 kali gempa susulan, dengan tinggi getaran terbesar mencapai 4.2 dan terkecil 1.5 magnitudo,” ujarnya.
Dwikorita meminta warga untuk tetap tenang dan waspada serta tidak serta-merta mempercayai informasi atau berita tidak jelas asal-usulnya.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal-kanal komunikasi resmi BMKG,” katanya.
Sejak kejadian, BMKG terjun ke lokasi bencana bersama BPBD Cianjur melakukan sosialisasi dan menenangkan warga masyarakat yang terdampak.
Tim survei BMKG lanjutnya terus melakukan perekaman gempa-gempa susulan dan tingkat kerusakan, untuk menghasilkan peta mikrozonasi dan mikrozonasi yang diperlukan untuk mendukung proses rekonstruksi dan penyempurnaan tata ruang.(*)