Opini Tribun Timur
HIV AIDS dan HKN ke-58
UNICEF melaporkan bahwa pada tahun 2020, terdapat 300.000 anak terinfeksi baru HIV, atau setiap 2 menit, 1 anak terinfeksi HIV, dan setiap 5 menit
Oleh: dr Airah Amir
Dokter dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat
TRIBUN-TIMUR.COM - UNICEF melaporkan bahwa pada tahun 2020, terdapat 300.000 anak terinfeksi baru HIV, atau setiap 2 menit, 1 anak terinfeksi HIV, dan setiap 5 menit, 1 anak meninggal karena AIDS. (Unicef.org)
Di Indonesia, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebanyak 1.188 anak Indonesia positif HIV di 2022. Ketua Satgas HIV IDAI, dr Endah Citraresi SpA(K), membeberkan mayoritas kasus HIV pada anak ditularkan dari proses kehamilan dan persalinan.(tribunnews.com)
HKN yang diperingati setiap tanggal 12 November dan dalam waktu yang tidak lama yaitu setiap tanggal 1 Desember kita memperingati hari AIDS sedunia.
Kesehatan dan AIDS tentu sangat berhubungan. Dua momentum ini seakan memberi keprihatinan mendalam kepada kita mengingat hingga saat ini penularannya belum berhasil dihentikan.
Jika HKN pada awalnya diperingati sebagai tonggak awal membasmi penyakit Malaria, maka tahun ini HKN mengambil tema “Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku” .
HIV AIDS tetap menjadi fokus prioritas mengingat jumlahnya yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Terlebih, HKN bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya menjaga kesehatan.
Secara keseluruhan di Indonesia hingga Juni 2022, total pengidap HIV yang tersebar di seluruh provinsi mencapai 519.158.
Data dari Kemenkes menyebutkan, penularan HIV di Indonesia masih didominasi oleh kelompok heteroseksual yaitu sebanyak 28,1 persen dan 18,7 persen berasal dari kelompok LGBT. Secara keseluruhan terdapat 3 daerah dengan tingkat kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Di tingkat dunia, UNAIDS melaporkan bahwa populasi kunci penyebaran HIV AIDS ditemukan pada pekerja seks dan pasangannya, gay dan Lelaki Seks Lelaki (LSL), pengguna narkoba suntik dan transgender.
Sedangkan di Sulsel hingga tahun 2022 terdapat kurang lebih 26.000 kasus dengan kasus terbanyak berada di Makassar dengan jumlah kasus mencapai 15.000 kasus dan terdapat 3000 orang diantaranya yang sedang menjalani pengobatan.
Untuk kasus anak sendiri di Makassar terdapat 62 anak yang sementara terapi antiretroviral (ARV).
Upaya yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 2017 adalah menjalankan strategi fast track 90-90-90 yaitu target 90 persen orang dengan HIV mengetahui status HIV nya melalui tes atau deteksi dini.
90 persen dari ODHA yang telah mengetahui status HIV mulai untuk terapi ARV dan 90 persen ODHA yang sementara terapi ODHA berhasil menekan jumlah virusnya.
Untuk mencapai target tersebut, Kemenkes melaksanakan strategi STOP yaitu Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan yang diharapkan mampu menghentikan laju penyebaran kasus HIV AIDS di Indonesia.
Tahun 2030 semakin dekat, tetapi progresifitas jumlah penderita HIV AIDS semakin meningkat dan kondisi kesehatan secara global sedang tidak baik-baik saja dengan adanya pandemik Covid-19 yang menuntut semua kalangan untuk memikirkan dan melaksanakan program penuntasan HIV AIDS secara menyeluruh.
Jika ingin zero new hiv infection (tidak ada infeksi baru) pada 2030 terwujud maka menjadi tugas kita semua untuk melarang perilaku berisiko dan orientasi seksual menyimpang.
Karena sudah terbukti menjadi penyebab mata rantai penularan yang tak kunjung putus.
Secara fakta, penularan infeksi HIV ada pada populasI LSL tetapi saat ini justru dunia gencar melarang diskriminasi terhadap LGBT dan menyerukan bahwa LGBT adalah bagian dari gaya hidup yang harus diterima.
Kampanye ini jelas salah dan akan berkontribusi dalam penularan infeksi HIV. UNAIDS menyampaikan bahwa gay dan LSL adalah penyumbang penularan infeksi HIV 25 kali lipat.
Sedangkan perilaku lain seperti pengguna narkoba suntik memiliki risiko tertular infeksi HIV hingga 35 kali lebih besar dan pada pekerja seks memiliki risiko tertular 26 kali lebih besar.
Melihat fakta tersebut menimbulkan keprihatinan yang mendalam bagi kita. Betapa infeksi HIV AIDS telah merusak produktivitas pemuda harapan bangsa, belum lagi kasus anak yang tidak berdosa ikut menanggung infeksi HIV.(*)