Jembatan Merah
Mengenal Jembatan Merah, Jembatan Tertua di Enrekang Dibangun saat Zaman Penjajahan Belanda
Jembatan merah melintasi Sungai Allo dan menjadi jalan penghubung antara Kelurahan Galonta dan Juppandang, Kecamatan Enrekang.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM - Jembatan Merah merupakan salah satu jembatan tertua yang ada di Kabupaten Enrekang.
Jembatan ini melintasi Sungai Allo. Ini merupakan jalan penghubung antara Kelurahan Galonta dan Juppandang, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.
Tak ada data pasti, tahun berapa Jembatan Merah ini mulai dibangun.
Namun pastinya, Jembatan Merah mulai dibangun saat zaman penjajahan Belanda.
Panjang Jembatan Merah diperkirakan mencapai 50 meter dan lebar 3 meter.
Nampak Jembatan Merah juga sudah tak terawat lagi.
Apalagi jembatan ini sudah lama tidak dilalui kendaraan roda empat.
Jembatan ini hanya sering dilintasi pejalan kaki.
Kendaraan roda empat dilarang melintas karena dikhawatirkan akan terjatuh ke Sungai Allo.
Berbeda halnya dengan pejalan kaki tetap diperbolehkan melewati jembatan yang sudah berumur ini.
Jembatan ini menggunakan kayu ulin, sehingga dianggap masih bisa dilintasi pejalan kaki.
Pemerintah Kabupaten Enrekang juga telah membangun jembatan baru di samping Jembatan Merah.
Jembatan baru itu dibangun tahun 2016 atau periode pertama Muslimin Bando menjabat sebagai Bupati Enrekang.
Kini jembatan yang baru dibangun Muslimin Bando menjadi jembatan utama.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Jembatan-Merah-menjadi-jembatan-tertua-di-Kabupaten-Enrekang.jpg)