Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gerhana Bulan

Fenomena Gerhana Bulan Total tidak Terlihat di Makassar, Tunggu 18 Tahun Lagi

Pemantauan dilakukan di rooftop atau atap gedung kantor yang berlokasi di Jl Racing Center, Kecamatan Panakkukang.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Muh. Irham
TRIBUN TIMUR/MUSLIMIN EMBA
Seorng mahasiswi UIN Alauddin, memantu gerhana bulan di rooftop BMKG Wilayah IV Makassar, Selasa (8/11/2022). Gerhana bulan tidak terlihat di Kota Makassar lantaran tertutup awan tebal 

MAKASSAR, TRIBUN-TIIMUR.COM - Gerhana Bulan Total yang terjadi malam tadi, tidak terpantau oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, Selasa (8/11/2022) malam.

Saat gerhana bulan terjadi, langit Makassar sebagian besar tertutup awan. Sore hari sebelumnya, hujan mengguyur sebagian wilayah Makassar dan sekitarnya.

Pemantauan dilakukan di rooftop atau atap gedung kantor yang berlokasi di Jl Racing Center, Kecamatan Panakkukang.

Namun, fenomena alam yang dinantikan itu belum juga terlihat hingga pukul 19.45 Wita, Selasa (8/11/2022) malam.

Menurut pihak BMKG Wilayah Makassar, Gerhana Bulan Total belum terlihat karena tertutup awan tebal atau comulonimbus.

"Kendala yang kami hadapai saat ini ialah cuaca yang berawan cukup tebal, sehingga seharusnya sudah nampak kita amati ini sampai sekarang belum teramati," ungkap Koordinator Bidang Observasi BMKG IV Makassar, Jamroni.

Jamroni menjelaskan, pemantauan mulai dilakukan sejak pukul 17.00 Wita.

Pada waktu itu, posisi bulan berada pada fase U1 dimana bulan masuk penumbral bumi atau bayang-bayang yang tidak terlalu terang.

"Seharusnya pada awal pemantauan bulan sudah masuk umbra penumbral atau bulan sudah masuk pada posisi gerhana bulan," ujar Jamroni.

"Tapi sampai kini (pukul 19.45 Wita) tidak terlihat. Seandainya cuaca cerah sudah kemerahan," sambungnya.

Tercatat, puncak Gerhana Bulan Total ini disebut BMKG IV terjadi pukul 19.59 Wita dan bisa disaksikan selama 1 jam lebih.

Fenomena gerhana bulan, kata Jamroni hanya dapat disaksikan 18 tahun sekali.

"Kemudian gerhana bulan total ini lanjut tahun 2022, nanti lagi tahun 2040," sebutnya.

Sementara untuk dampak terhadap alam, kata dia, hanya kenaikan air laut.

"Kalau dampak ke alam itu biasa dan normal tapi ada dampak terhadap kenaikan air laut itu dampak dari grafitasi, itu saja," jelasnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved