Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Unik

Kisah Warga Desa Pepandungan Enrekang Masih Simpan Gabah Tua, Klaim Berusia 150 Tahun

Beras yang kemudian diolah menjadi nasi itu merupakan makanan yang mempunyai karbohidrat bilamana dikonsumsi.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Muh. Irham
Tribun Enrekang/Erlan Saputra
Tahir, seorang Kepala Desa Pepandungan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Minggu (6/11/2022). 

ENREKANG, TRIBUN-TIMUR.COM - Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang bergantung pada beras sebagai makanan utama.

Beras yang kemudian diolah menjadi nasi itu merupakan makanan yang mempunyai karbohidrat bilamana dikonsumsi.

Dikutip TribunEnrekang.com dari Wikipedia, padi diduga berasal dari India atau Indocina.

Kemudian masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Jika tanaman padi pertama kali ditemukan di India, di Indonesia juga ada gabah yang diklaim usianya sudah mencapai sekira 150 tahun.

Gabah yang masih tersimpan awet tersebut berada di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Lebih tepatnya di Desa Pepandungan, Kecamatan Baraka.

Salah seorang warga bernama, Nurhamija (59) mengatakan, jauh sebelum Indonesia merdeka, gabah itu sudah ada di Desa Pepandungan.

"Gabah kalau bahasa Duri (bahasa Enrekang) disebut 'barri' ini usianya sekitar 150 tahun dan masih aman untuk dikonsumsi," ujar Nurhamija kepada TribunEnrekang.com, Minggu (6/11/2022).

Wanita kelahiran 1963 tahun itu mengaku bahwa jauh sebelum ia lahir, gabah atau barri itu sudah ada.

"Menurut bapak saya, barri ini dulu ditanam oleh kakek saya. Jadi waktu itu masih zaman penjajahan Belanda. Karena sekarang saya sudah punya cucu, jadi keberadaan gabah ini sudah lima turunan," katanya.

Bahkan, menurut Nurhamija, ayahnya (almarhum) yang lahir sekitar tahun 1920, gabah itu memang sudah ada. 

"Nah itu bisa dilihat dari usia almarhum bapak saya. Makanya sampai sekarang kami sebagai anak masih menyimpan itu gabah," katanya.

Lanjut dia, bukti bahwa salah satu jenis rempah-rempah itu telah berusia ratusan tahun, bisa dilihat dari isinya yang tidak seperti warna beras pada umumnya. 

Beras tersebut terlihat agak kekuningan saking lama tidak pernah dikonsumsi oleh masyarakat.

"Dulu waktu kakek saya tanam ini barri, tidak pernah di pupuk apalagi pakai racun. Jadi bisa bertahan sampai sekarang dan tidak dimakan serangga," katanya.

"Kalau dibandingkan dengan barri sekarang kalau disimpan, itu tidak bisa bertahan lama karena sudah pakai pupuk dan racun. Beda dengan barri yang dulu," tambahnya.

Supaya barri itu tidak dijamah tikus, maka disimpan rapat di dalam lumbung.

Cara kreatif masyarakat Pepandungan ini memang efektif untuk mencegah binatang liar seperti tikus.

"Kenapa harus dibuatkan lumbung, supaya mencegah serangan binatang seperti tikus," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Pepandungan, Tahir (60) membenarkan keberadaan gabah yang berusia 150 tahun di desanya.

"Memang di desa kami, ada sejumlah masyarakat masih menyimpan gabah tua. Ada yang usia puluhan tahun sampai ratusan tahun lebih," katanya.

Lanjut Tahir, gabah tersebut merupakan peninggalan dari orangtua mereka.

"Nah agar tetap awet dan bebas dari hama tikus, maka kami menyimpannya di landa' (lumbung)," tandasnya.

Meski begitu, Tahir menambahkan belum ada peneliti yang mengkaji usia gabah tersebut.

"Belum ada yang teliti soal usianya, tapi kami yakin usianya benar-benar sekitar 150 tahun," tandasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved