Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Literasi Ulama

Sulaiman Khatib Sulung (Datuk ri Pattimang)

Kehadiran Sulaiman Khatib Sulung meninggalkan jejak penyebaran Islam di Sulsel bersama Abdullah Makmur Datuk ri Bandang dan Datuk ri Tiro.

Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN TIMUR/MUH HASIM ARFAH
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Firdaus Muhammad. 

Oleh:
Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel

TRIBUN-TIMUR.COM - Pattimang merupakan salah satu daerah di tanah Luwu yang menjadi titik awal pengembangan Islam di Sulawesi Selatan.

Kehadiran tiga ulama asal Sumatera yang mengislamkan masyarakat Sulsel masing-masing; Abdullah Makmur atau biasa disapa Khatib Tunggal, kelak masyarakat Sulsel menyebutnya dengan Datuk ri Bandang.

Kemudian Sulaiman yang dipanggil Khatib Sulung lalu populer dengan panggilan Datuk ri Pattimang dan Abdul Jawad atau Khatib Bungsu yang dipanggil Datuk ri Tiro.

Datuk Pattimang atau Datuk Sulaiman bergelar Khatib Sulung. Beliau ulama asal Minangkabau tepatnya di Koto Tengah daerah terpencil di Suamtera Barat.

Hijrah ke pulau Sulawesi untuk syiar Islam bersama dua datuk seperjuangannya. Beliau tiba di tanah Luwu tahun 1593 pada penghujung abad ke-16.

Beliau mukim di daerah itu hingga wafat dan dimakamkan di daerah Pattimang.

Kehadirannya meninggalkan jejak penyebaran Islam di Sulsel bersama Abdullah Makmur Datuk ri Bandang dan Datuk ri Tiro itu dianggap pembawa Islam awal yang tercatat berkesinambungan hingga kini.

Keberhasilan dakwahnya karena berhasil mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Sulsel.

Keberhasilan mengislamkan para raja-raja itu menjadikan Islam berkembang pesat dalam waktu singkat karena kala Raja masuk Islam, sang raja menjadikan Islam sebagai agama kerajaan.

Sayangnya, riwayat hidup secara utuh sulit ditemukan. Berbeda dengan kisah Lagaligo yang terjaga hingga kini.

Penelitian tentang ketiga datuk itu terbatas. Padahal kontribusinya sangat besar.

Pada tahun 2021 lalu, penulis bersama rombongan MUI Makassar berkunjung ke MUI Provinsi Sumatera Barat di Kota Padang.

Kala itu, saya mengajukan pertanyaan pada ketua MUI setempat beserta pengurus lainnya soal sejarah ketiga Datuk itu, ternyata mereka tidak tahu menahu termasuk asal kelahirannya.

Meskipun mereka mengetahui bahwa ulama Padang itu berjasa dalam mengislamkan masyarakat Sulsel sejak abad ke-16.

Pada awalnya, Datuk Pattimang menyebarkan Islam di Luwu bersama Datuk ri Bandang, mereka berhasil mengislamkan tanah Luwu yang sebelumnya masih kental sebagai penganut Animisme dan Dinamisme.

Adapun nama raja Luwu yang pertama masuk Islam adalah Raja Tandi Pau menyusul raja lainnya, Datu La pattiware Daeng Parabung pada tanggal 4 Februari 1605.

Sejak itu hukum yang dijalankan kerajaan berdasar syariat Islam.

Dibandingkan kiprah dua datuk lainnya, Datuk Pattimang memilih tinggal di Luwu hingga wafat di daerah kampung Pattimang yang kelak diabadikan sebagai nama beliau, Datuk Pattimang, aslinya Sulaiman Khatib sulung.

Sejumlah penelitian dilakukan untuk menjejaki keberadaan dan kiprah beliau termasuk meneliti nisan kuburnya dengan pendekatan akrkeologi, penanda sejarah yang diabadikan sebagai salah satu datuk pembawa Islam awal di Sulsel.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved