Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Millennial dan Politik

Anti terhadap politik, maka bisa kita anggap bahwa mereka belum seutuhnya memahami politik dan kaitannya dengan kehidupan secara luas.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/andi yahyatullah
Andi Yahyatullah Muzakkir ketua BEM FEB Unismuh 2021-2022. 

Oleh:
Andi Yahyatullah Muzakkir
Ketua BEM FEB 2021-2022 Unismuh Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Millennial adalah kelompok sosial yang sangat aktif menggunakan teknologi. Usia mereka kisaran 24-39 tahun. Mereka lahir pada kira-kira antara 1981 dan 1996.

Karena kalangan millennial ini lahir pada era perkembangan teknologi yang sangat pesat maka kecakapan dalam mengakses dan menggunakan teknologi sangatlah mudah.

Dalam kaitan teknologi dan kecakapan akses dan penggunaannya, tentu sangatlah benar.

Kita sering menjumpai anak-anak kisaran usianya 2-5 tahun sudah mampu mengoperasikan gadget dengan membuka fitur-fitur yang ada di handphone. Bahkan sudah mahir dalam menggunakannya.

Lain halnya dengan orang dewasa yang kita kenal dengan sebutan baby boomers dengan kelahiran 1946-1964 dan berusia kisaran 57-75 atau gen X dengan kelahiran tahun 1965-1980 berusia kisaran 41-56 tahun.

Dua kategori diatas generasi millennial ini, bahkan masih ada yang belum terlalu cakap dalam mengoperasikan teknologi dan gaptek atau gagap teknologi.

Ilustrasi lainnya, di lingkungan kita, l sering kita melihat seorang kanak-kanak setingkat PAUD dan TK sudah dapat mengoperasikan handphone.

Mereka sudan dapat mengakses fitur-fitur seperti game, mengangkat telepon berdering, menulis dan membalas pesan WhatsApp hingga mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang ada di Youtube dengan paparan dan wawasan yang di khususkan untuk mereka.

Di sisi lain, kita melihat kalangan tua dan orang dewasa lainnya, sangat sulit dalam mengoperasikan hal yang sama.

Kita bahkan menemukan kesulitan yang sangat remeh temeh seperti memasukkan paket data yang telah dibeli untuk handphonenya.

Hal tersebut menandakan bahwa era kelahiran orang tua dan dewasa dibanding millennial dan gen Z tentu memengaruhi kecakapan mereka terkait dengan teknologi.

Ini tentu memberi dampak dan menggambarkan cara mereka dalam menjalankan kehidupan, memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.

Kita bisa melihat perbedaan-perbedaan lainnya. Kalangan tua dan dewasa dalam memenuhi kebutuhan, secara teknis melakukannya sendiri.

Untuk hal yang sama, generasi millennial melakukannya tanpa melibatkan diri.

Seperti kita biasa menemui anak muda yang ingin makan, hanya menggunakan handphonenya untuk memesan makan.

Di sini kita bisa melihat bahwa millennial lebih instan dalam berpikir dan bertindak, ketimbang orang tua itu sendiri.

Artinya teknologi memberi kemudahan, sehingga membentuk cara pandang instan pada para kaum muda.

Keinstanan ini yang membuat kaum muda lebih berada pada zona nyaman. Enggan berbuat apa-apa untuk sekitar. Dan bahkan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Dan bila hal ini dikaitkan dengan politik maka akan muncul berbagai masalah serius yang butuh memperoleh perhatian.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketelibatan kaum muda dalam ikut serta melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat tampak sangat kurang.

Ini karena kecenderungan mereka untuk tidak mau ambil pusing pada satu situasi. Kita bisa melihat kenaikan BBM kemarin cukup memberi dampak pada masyarakat, terutama menengah ke bawah.

Tetapi, kita melihat ketelibatan kaum muda dalam menyuarakan aspirasi masyarakat sangatlah kurang, dilakukaan secara sporadis dan lain-lain.

Dan nyatanya, keterlibatan tersebut tidak mampu mengubah keadaan. Padahal secara kuantitatif kalangan milleniallah yang secara jumlah sangat dominan dan pasti terdampak.

Ini menggambarkan bahwa kepekaan sosial kalangan ini sangat tipis yang boleh jadi disebabkan cara berpikir instan.

Padahal, masyarakat  menunggu dan bahkan menuntut ketelibatan para kaum muda dalam pengambilan kebijakan yang adil di ruang publik.

Hal ini tentu dapat dikaitkan dengan sikap umum kalangan millennial terhadap politik. Termasuk kesadaran politik yang masih lemah.

Secara umum kita ketahui bersama bahwa politik adalah salah satu sarana untuk membuat perubahan.

Hal lainnya, bahwa politik tidak bisa kita pisahkan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Seperti yang di katakan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah binatang berpolitik/zoon politicon, dimana kita tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lainnya.

Berangkat dari pemahaman tersebut, kita bisa menganggap bahwa setiap elemen sosial bahkan millennial sebaiknya tidak anti politik.

Apalagi kalangan millennial adalah penyambung estafet kepemimpinan nantinya.

Mengapa kaum millennial terkesan anti politik? Secara umum kita bisa menganggap bahwa hal ini disebabkan kurangnya pemahaman utuh tentang politik.

Mereka memandang bahwa politik adalah barang yang terbilang kotor untuk disentuh, adanya kesadaran bahwa politik hanya menggunakan uang, dan dengan uanglah semua jadi.

Padahal, diluar itu banyak juga pemimpin politik yang tetap sadar bahwa yang terpenting dalam politik adalah pemikiran dan gagasan.

Dan mereka terlibat dalam perpolitikan, agar mampu menyalurkan pikiran dan gagasan untuk kemajuan dan keadilan.

Sehingga, ketika berbicara mengenai gagasan sendiri, millennial sangatlah berpotensi, dikarenakan mereka umumnya telah menempuh pendidikan tinggi bahkan tak jarang telah merasakan proses di lembaga kemahasiswaan.

Tetapi, kesadaran itu hanya sampai di lingkungan kampus.

Saya sendiri, sering melihat teman-teman Saya yang aktif pada lembaga kemahasiswaan dan gerakan keaktivisan, begitupula dengan proses di akademik hanya sampai pada proses ketika mereka menyelesaikan studi.

Mereka tidak berpikir lagi saluran lain untuk mengaktifkan dirinya.

Ataupun terlibat langsung pada lembaga akar rumput, lembaga politik yang muaranya pengabdian terhadap masyarakat.

Mereka, lebih condong mencari kerja Dan berpikir secara pribadi terhadap hidupnya sendiri.

Proses panjangnya di dunia perkuliahan dan juga di dunia organisasi tidak dilanjutkan lagi.

Olehnya itu, sebagai kalangan millennial memahami politik itu sangatlah penting, karena selain sebagai penyambung estafet kepemimpinan, politik juga adalah sarana untuk kita melakukan perubahan untuk hidup ini, tentu berangkat karena millennial memiliki gagasan maju dari proses yang mereka alami.

Anti terhadap politik, maka bisa kita anggap bahwa mereka belum seutuhnya memahami politik dan kaitannya dengan kehidupan secara luas.

Sebagai millennial, kesadaran untuk melibatkan diri dalam kehidupan sosial sangatlah penting.

Karena, millennial sendiri adalah mereka yang memiliki semangat besar, darah muda, pikiran cemerlang serta daya inovasi yang kuat berkat kecakapan yang mereka miliki di era teknologi yang sangat pesat ini.

Sehingga, ketika hal tersebut berbaur dan mampu menyatu dalam politik maka tentu akan memberi kemajuan.

Seperti kata Aristoteles bahwa kita adalah binatang berpolitik, zoon politicon.

Kehidupan kita tidak bisa lepas kaitannya dengan manusia lain, dengan masyarakat kita.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved