Opini
'Membedah' Diksi 'Hajar' pada Sidang Ferdy Sambo
Pengacara memaknai kata 'hajar' itu bukan bermaksud menembak dan menghabisi Brigadir Yoshua, melainkan yang lain.
Jika merujuk pada diksi “hajar” menurut versi pengacara Ferdy Sambo. itu diucapkan pada saat menjelang Brigadir Yoshua ditembak oleh Brada Richard Eleizer.
Diksi “hajar” ini harus dilihat diucapkan pada situasi apa dan di mana? Sebab, analisis wacana memang mengkaji rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur.
Menjelang Brada Richar Eleizer menembak Brigadir Yoshua, ada situasi yang berkembang sebelumnya di lokasi penembakan.
Pertama, ada senjata api (pistol) yang sudah disediakan dan kedua, ada perintah, katakanlah menggunakan diksi “hajar”.
Realitas yang dapat menggiring pendapat publik bahwa perampasan nyawa Brigadir Yoshua disiapkan, itu ditandai dengan Ferdy Sambo yang mengenakan sarung tangan.
Kita sangat maklum, sarung tangan dimaksudkan agar sidik jari tidak terbaca ketika diselidiki oleh pihak penyidik.
Situasi ini akan saling mendukung dengan penggunaan diksi “hajar” yang bermakna “habisi” atau “tembak mati”.
Jadi, diksi ‘hajar’ tersebut harus disesuaikan dengan konteks, situasi dan tempat kata itu diucapkan.
“Hajar’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ‘hantam’, yakni memukuli dan sebagainya supaya jera; membuat tidak berdaya.
Bagaimana caranya untuk membuat objek (Brigadir Yoshua) tersebut tidak berdaya adalah menggunakan alat yang ada di tempat diksi itu diucapkan.
Tentu saja yang tersedia di lokasi, tempat Brigadir Yoshua dihabisi adalah senjata api, pistol yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Tentu saja berbeda kalau seorang pelatih tinju memerintahkan petunjunya untuk menghajar lawan, jelas sesuai dengan situasi apa yang sedang dilakukan, yakni bertanding tinju yang mengandalkan kepalan sarung tinju di tangan.
Jadi, sangat keliru jika diksi ‘hajar’ itu dimaknai dengan yang ;lainnya jika dikaitkan dengan konteks peristiwa itu terjadi.
Konteks mencakup semua situasi yang berada di luar teks (‘hajar’) dan memengaruhi pemakaian bahasa seperti partisipan, situasi, fungsi, benda, dan lain-lain yang ada di suatu tempat.
Konteks fisik, salah satu di antara empat elemen konteks (konteks espistemis, konteks linguistik, dan konteks sosial), yang berterima dengan kasus pembunuhan berencana di Duren Tiga itu.