Obat Sirup
Epidemologi: Pengawasan Mutu Obat RI Lemah
Kejadian ini merujuk misalnya dari beberapa informasi dan data per bulan Januari 2022 telah ada kasus gagal ginjal akut
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Epidemiologi dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman menyatakan pengawasan obat-obatan yang dikeluarkan di era pandemi Covid-19 cenderung menurun mutu dan kualitasnya.
Menurutnya, pengawasan atau quality control di Indonesia perlu menjadi perhatian bersama meskipun menjadi tanggung jawab Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) dan pemerintah.
"Kejadian ini merujuk misalnya dari beberapa informasi dan data per bulan Januari 2022 telah ada kasus gagal ginjal akut," tutur Dicky saat dihubungi, Jumat (21/10/2022).
Dicky mengatakan produk obat jenis sirup yang mengandung cemaran etilen glikol dan 'dietilen glikol' sudah dikeluarkan sejak era pandemi covid-19 atau bisa jadi produk dikeluarkan saat era pandemi.
Dokter lulusan Universitas Padjadjaran mengajak apoteker agar meningkatkan peran untuk mengedukasi masyarakat dalam memahami literasi soal obat-obatan.
"Kita harus lihat obat-obat yang dikonsumsi masyarakat beli sendiri atau apa. Health Seeking behavior masyarakat kita seperti apa. Setidaknya memperkuat fungsi apoteker dalam konsumsi obat untuk edukasi," kata Dicky.
"Jadi apotek jangan hanya cuma menjual obat saja tapi harus ada edukasi," sambung," praktisi senior Global Health Security tersebut.
Peningkatan peran apoteker dan apotek kata Dicky kaitannya dengan upaya perbaikan sistem kesehatan di dalam negeri yang dinilai lemah.
Menurut Dicky, munculnya kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia adalah suatu contoh dari buruk dan lemahnya sistem kesehatan.
Ada juga kaitan dengan produksi dan distribusi obat serta pengawasannya.
"Ini jadi intropeksi karena ini mahal pelajarannya. Perbaikannya bukan hanya respon sistemnya dan layanan deteksi dini tapi bicara juga literasinya, pengawasan seleksi di setiap jenjang harus diperankan dan dilaksanakan dengan baik," urai Dicky.
Dia menambahkan bahwa sekarang saatny semua pihak melindungi masyarakat karena sekarang ini benar-benar situasi memprihatinkan.
Tingkatkan Kepatuhan
Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Noffendri meminta pada apoteker di industri farmasi agar patuh pada standar pembuatan obat yang baik.
"IAI menghimbau kepada Apoteker yang bekerja di Industri Farmasi untuk terus berupaya meningkatkan kepatuhan pada standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terutama dalam menjaga kualitas obat-obatan yang diproduksi," ungkapnya, Jumat (21/10/2022).
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 105, sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya.
Selain itu, pihaknya juga menghimbau kepada apoteker untuk lebih memperhatikan kemungkinan terjadinya interaksi obat.
Noffendri mengatakan, apoteker sebaiknya jangan dijadikan pihak tertuduh dalam kasus gangguan ginjal akut atipikal yang menyerang anak usia dibawah 10 tahun ini.
"Dalam kasus ini, apotek dan apoteker sama sekali bukan pihak yang harus disalahkan karena itu kami berharap tidak ada tindakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan melakukan sidak ke apotek-apotek,’’ kata Noffendri.
IAI telah menerima laporan adanya oknum penegak hukum yang melakukan sidak ke sejumlah apotek di beberapa kota di Indonesia.
"Kami sangat menyayangkan hal ini terjadi dan berharap tidak meluas ke kota-kota lain di Indonesia. Sejauh ini kami terus berkoordinasi dengan BPOM dan Kementerian Kesehatan untuk dapat bersama-sama menyelesaikan kasus gangguan ginjal akut atipikal pada anak yang sekarang menjadi perhatian kita semua,’’ ujarnya.(*)