Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Bahagia atau Sejahtera?

Kekayaan atau kesejahteraan tidak selalu menjamin kebahagiaan rumah tangga.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi
Ilyas Alimuddin Dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UHO dan juga Alumnus Pasca Sarjana EPP UNHAS 

Oleh:

Ilyas Alimuddin
Dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UHO
Alumnus Pasca Sarjana EPP UNHAS

TRIBUN-TIMUR.COM - Ada satu pernyataan menarik yang menghiasi lini masa berbagai media sosial beberapa hari terakhir, pernyataan itu menanggapi kasus rumah tangga yang menimpa salah satu pasangan aktris dangdut di tanah air.

Pernyataan tersebut adalah bahwa kekayaan atau kesejahteraan tidak selalu menjamin kebahagiaan rumah tangga.

Kalaulah limpahan materi yang menjamin kebahagian, tentulah dengan limpahan materi yang mereka miliki, pasangan tersebut akan menikmati curahan bahagia yang tak terhingga. Nyatanya tidaklah demikian.

Selintas, tak ada yang salah dengan pernyataan tersebut. Seakan benar adanya. Namun, jika ditelisik dengan seksama, pernyataan tersebut hakikatnya mengandung berbagai kekeliruan.

Kesalahan mendasarnya adalah mencoba mencampuradukan antara konsep kebahagiaan (happiness) dengan konsep kesejahteraan (welfare) secara serampangan.

Kebahagiaan seakan jauh lebih penting dari kesejahteraan. Padahal kedua hal tersebut adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Meskipun diantara dua hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Indikatornya pun sangat bertolak belakang.

Kalau membaca berbagai literatur ekonomi, maka akan ditemukan bahwa tujuan akhir dari pembangunan yang dilakukan oleh negara adalah bagaimana menciptakan kesejahteraan masyarakat atau negara (welfare state).

Nyaris tidak akan kita temukan ahli ekonomi, apalagi ahli ekonomi pembangunan yang memasukkan menciptakan kebahagian sebagai tujuan pembangunan.

Termasuk pula jika membaca tujuan bernegara yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, tertulis dengan gamblang bahwa salah satu dari empat tujuan bernegara adalah menciptakan kesejahteraan umum.

Bukan menciptakan kebahagiaan untuk semua warga. Lantas apakah karena itu, sehingga kebahagiaan dianggap sesuatu yang tidak penting bagi kehidupan inividu maupun negara dalam konteks yang lebih luas.

Lalu, jika bahagia itu dianggap penting, kenapa justru tidak dimasukkan sebagai tujuan pembangunan?

Jawabnya adalah bahagia itu sangat penting. Bahkan semestinya bisa dinikmati oleh semua umat manusia.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved