Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Psikologis Kerusuhan dan Moderasi, Obrolan Ringan tentang Moderasi

Saat publik mulai memupuk asa kepada timnas PSSI di bawah arahan Shin Tae Yong terjadilah peristiwa menggegerkan jagat sepakbola di stadion Kanjuruhan

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Haji Alim Ozhel Bachri, kolumnis terkait tragedi Kanjuruhan. 

Haji Alim Ozhel Bachri

Kolumnis

KEMBALI ke catatan kelam tergores dalam dunia sepak bola lndonesia. 

Saat publik mulai memupuk asa kepada timnas PSSI di bawah arahan Shin Tae Yong, pelatih handal dari Korea Selatan

Terjadilah peristiwa menggegerkan jagat sepakbola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

"Sudah 129 orang yang mati," kata Gelo geleng-geleng kepala. 

Seakan tidak percaya.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan Jawa Timur per, Senin, 10 Oktober 2022, jumlah korban Kanjuruhan di antara total 714 korban terdiri dari 131 korban tewas dan 583 orang luka-luka. Sebanyak 33 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Wajah Gelo bersungut sungut. Serius.  

"Malah info terakhir masih banyak yang kritis," Burhan menimpali. 

"Siapa yang mati dan kejadian apa?" tanya saya menyelidik.

Mungkin karena terlalu seringnya kita menerima info tentang peristiwa yang menelan korban jiwa begitu banyak hingga sensitifitas telinga kita tidak lagi terkaget kaget saat mendengar berita heboh.

Baca juga: 12 Temuan TPF Tragedi Kanjuruhan: Kejahatan Sistematis, Ada Tembakan di Luar Stadion, Intimidasi

"Pertandingan sepak bola, Bang Haji," jawab Gelo cepat.

"Antara?"

"Arema lawan Persebaya."

"Hmm, terus?" 

"Ya terjadilah kerusuhan," kata Gelo masih bernada cemas.

"Bentrok antar suporter?"

Saya ingat ke dua tim memiliki supporter "gila" yang dikenal dengan sebutan BONEK alias Bondho (modal) Nekat.

"Bukan, bang."

"Lah, terus?" Saya mulai bingung. 

Kerusuhan yang mengakibatkan begitu banyak korban tewas tapi bukan karena bentrokan antar suporter? How come?_Bagaimana bisa?

Sejauh ingatan saya tentang kerusuhan sepakbola, semuanya akibat bentrokan antar pendukung.

* Tragedi Hillsborough Sheffield, 1989

Laga Liverpool vs Nothingham Forest

Tewas 96 orang.

* Acra Sports Stadium Ghana, 2001

Laga antara tim Hearts of Oak versus Kotoko FC

Tewas 126 orang

* Estadio Nacional, Lima Peru

Laga timnas Peru lawan Argentina. 

Tewas 326 orang

Inilah tiga deadliest soccer matches in history, tiga pertandingan sepak bola paling mematikan dalam sejarah.

"Coba kau ceritakan psikologis kejadian itu, pak Gelo," Burhan meminta Gelo bercerita lebih jelas.

"Kau kan nonton siaran live di televisi, " sambung Burhan lagi.

"Kronologis, bapak. Bukan psikologis," ketus Gelo.

"Awalnya semua berjalan normal," Gelo mulai bercerita psikologis ehh kronologis kejadian.

Pertandingan berjalan normal. 

Kedua tim saling berganti menyerang. Nampak pemain Persebaya mendekati area pertahanan Arema, saudara saudara. Pemain belakang Arema terlihat panik, pemirsa.

Umpan lambung Rafli disambar begitu saja oleh Silvio Junior, jepreettt..gooollll...saudara saudara di manapun berada!! seru Gelo penuh semangat.

"Ehhh, kau ini disuruh bercerita kronologis kejadian, pak. Bukan laporan siaran langsung pertandingan." Burhan memotong teriakan Gelo sambil geleng geleng kepala. 

Iya, Gelo bukannya bercerita tentang kejadian runtut peristiwa tapi malah seperti reporter bola.

"Sori, sori," Gelo tertawa lepas. Merasa geli.

"Sudahlah, saya sudah tahu infonya," kata saya datar.

"Ini saya dapatkan update berita dari beberapa kanal YouTube."

Burhan dan Gelo kompak memandang saya. Menunggu penjelasan lanjutan.

Saya menarik napas. 

"Inilah bila supporter tidak memiliki sikap moderasi."

Saya mulai menganalisa.

"Bukankah kita semua sudah paham bahwa  moderasi bisa menjadi instrumen penting agar kita bisa bijak dalam tingkah laku sosial."

"Bukannya moderasi hanya untuk lingkup beragama, bang Haji? Gelo bertanya. Keningnya berkerut tanda belum paham.

"Ya tidaklah, moderasi itu perangkat yang bisa kita gunakan dalam relasi sosial maupun dalam hal apa saja. Bahkan dalam sepak bola sekalipun," jelas saya.

"Andai para suporter tidak merasa benar sendiri, andai para pendukung tidak ekstrim dalam menyikapi kekalahan maka tidak akan terjadi tragedi memilukan sekaligus memalukan ini."

Ya, peristiwa ini akan menjadi semacam _collective memories_ atau ingatan bersama yang melahirkan trauma berat bagi insan sepakbola lndonesia terutama bagi pemain dan penonton yang menjadi saksi hidup.

Well, semoga kita semua bisa mengambil lessons atau pelajaran besar dari kejadian ini.(*) 

Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rusuh

 

Rusuh

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved