Opini Tribun Timur
Show Force Nasdem, Mobilisasi versus Kampanye Digital ala Rusdi Masse Mappasessu
mengapa Nasdem masih senang mengumpulkan massa? Mengapa Nasdem harus rela mengeluarkan begitu banyak uang, demi pemilu yang masih 3 tahun lagi?
Oleh: Mulawarman
Jurnalis/ Alumni Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Nasdem begitu percaya diri menabuh genderang pilpres. Ia menjadi satu-satunya partai yang mengumumkan Capresnya.
Publik nasional pun ramai memperbincangkan dan mendiskusikannya di ruang-ruang publik, lebih seru lagi di jagat maya. Salah satu kesimpulan publik, Nasdem show force.
Kepercayaan diri yang sama, sebelumnnya di tunjukkan Nasdem Sulawesi Selatan.
Setelah aksinya mengundang perhatian publik, menurunkan alat berat ke Rampi Luwu Utara, dua pekan lalu Nasdem Sulsel yang dinakhodai H Rusdi Masse Mappasessu populer disapa RMS ini, menggelar pesta besar.
Berbalut kegiatan olahraga dan happy fun, gerak jalan santai, Nasdem bertekad menarik lebih banyak lg simpati publik.
Sudah menjadi tujuan partai, dicipta untuk menarik sebanyak-banyaknya dukungan dari masyarakat, demi sebuah kekuasaan.
Pemikiran dan tindakannya dipengaruhi kepentingan dan situasi politik dimana partai itu berada. Karena itu, langkah Nasdem Sulsel menarik untuk dilihat lebih jauh dalam politik kekuasaan di tanah Bugis Makassar ini khususnya.
Menggelitik banyaknya pertanyaan publik, mengapa Nasdem masih senang mengumpulkan massa? Mengapa Nasdem harus rela mengeluarkan begitu banyak uang, demi pemilu yg masih 3 tahun lagi? Fakta apa yang dapat dibaca dari pesta Nasdem di kawasan CPI Makassar itu?
Mobilisasi versus Kampanye Digital
Pemilu 2024 mendatang, model kampanye dgn mobilisasi massa, mengumpulkan masa di tempat umum, dengan beragam acara masih akan aktual di Sulsel. Saya kira Nasdem masih meyakini kuat asumsi dasar itu.
Acara yang dihelat Nasdem dua pekan lalu itu, menjadi buktinya. Meski masih belum ada keputusan mencabut larangan kerumunan dan masker, seiring masih ada covid, antusias warga membeludak. Covid tidak lantas membatasi antusias warga.
Konsep acara yg dikemas menjadi faktor penarik lain, yang menyebabkan kerumunan Nasdem sangat besar.
Menurut laporan ada sekitar 20 ribu peserta yang turut dalam acara tersebut. Iming iming dorprize, dan ratusan alat elektronik, voucher, hingga 17 sepeda motor, 4 buah mobil dan 1 buah rumah menjadi pemantik rasa ingin terlibat masyarakat Sulsel, meski kecil peluang mereka yang mendapatkan salah satu dorpize itu, mengingat puluhan ribu massa manusia yang hadir berpartisipasi, tidak menyurutkan rasa penasaran warga Sulsel yg sangat besar untuk ikut dan datang berpartisipasi.
Pada aspek lain, masyarakat Sulsel boleh jadi rindu dengan kumpul-kumpul dalam jumlah besar, terutama setelah larangan kumpul pasca pandemi covid 19.
Karakter masyarakat Sulsel Bugis-Makassar yang guyub selama ini seakan tertekan dengan adanya pembatasan. Karenanya moment kumpul bersama di satu acara, bukan hanya kumpul partai namun juga menjadi ajang silaturahmi bersama keluarga atau masyarakat selama ini.
Nasdem dalam hal ini mampu menangkap semangat kerinduan kumpul bersama itu, sehingga mengemas acara jalan pagi di area lapangan besar terbukti, masyarakat dari berbagai golongan tumpah ruah, dari rakyat kecil hingga pejabat. Dari kawan lama hingga kolega. Semua kumpul.
Dalam perspektif budaya, kecenderungan masyarakat Bugis Makassar yang guyub sejatinya menjadi kesempatan bahwa model kampanye mobilisasi massa masih akan efektif di tahun politik mendatang. Era digitalisasi tdk lantas meminggirkan budaya masyarakat kita.
Bila ada yang bilang mendatang akan berganti dengan kampanye di ranah media sosial, untuk konteks masyarakat Sulsel, maka boleh jadi akan tidak berlaku. Kampanye partai dengan cara mengumpulkan massa masih akan menjadi model kampanye mendatang. Dan nasdem telah cukup cerdik menyiasatinya.
Genderang Kompetisi
Pesta Nasdem seharusnya tidak bisa dianggap angin lalu, dalam dinamika kompetisi politik di Sulsel.
Sebaliknya, aksinya harus ada kemauan dari partai lain untuk melakukan langkah tandingan bila ingin dapat point di masyarakat.
Terutama bagi partai-partai inkumben seperti Gerindra, PPP, PDIP dan Golkar Sulsel, partai yg selama ini disebut partai senior di Sulsel.
Selebihnya bagi partai lain, langkah Nasdem sudah seharusnya menjadi warning, untuk sama sama memanaskan mesin partainya. Karena Nasdem sdh mulai menabuh genderang kompetisinya. Itulah show force Nasdem Sulsel.
Di level nasional Nasdem dengan percaya diri penuh, Nasdem satu satunya partai yg punya suara nasional yang telah lebih dulu mendeklarasikan Capresnya. Dan yang diusung pun tidak main main, Anies Baswedan yg selama ini namanya selalu nomor satu dalam survey yang diam-diam dilakukan oleh hampir semua partai.
Bukan survei yang diumumkan oleh lembaga survei yang banyak tidak pernah mau mengumumkan sumber dananya secara transparan ke publik, setiap mereka mengumumkan hasil surveinya.
Apa lagi show force yg akan dilakukan Nasdem sulsel khususnya dan nasional umumnya, akan semakin menaikan popularitas partainya.
Publik akan semakin menunggu. Partai lain boleh jadi hanya terperangah, alih alih kalah start atau tdk mampu melakukan politik tandingannya.
Mengapa Nasdem Sulsel begitu sangat bersemangat menyongsong pemilu 2024. Target politik jawabannya. Nasdem menempatkan 212 kadernya di DPRD kabupaten kota hingga pusat, dan dapat mengusung kepala daerah sendiri.
Target yg tidak bisa dianggap main main. Rusdi Masse Mappasessu sadar, dan targetnya dilihat ketua umum Surya Paloh. Karena pun dia ingin membuktikannnya. Dan dia yakin penuh percaya diri mampu mencapainya.
Karena targetnya yang besar, maka kerja politik Rusdi Masse Mappasessu pun tidak boleh biasa. Seperti yang sering diucapkan RMS, politik itu harus bekerja setiap hari, jangan hanya pas saat moment pemilu.
Dari itulah, berbagai langkah politik Nasdem yang dilakukannya adalah manifestasi dari leadership RMS sejauh ini.
Terbukti hanya Rusdi Masse Mappasessu pimpinan partai politik di Sulsel yang rajin menyambangi masyarakat di berbagai kabupaten, setiap Rusdi Masse Mappesessu balik ke Sulsel.
Sementara banyak pimpinan partai politik, khususnya partai senior, lebih nyaman berada di Jakarta, Makassar dan di kampung halamannya.
Soal menyambangi rakyat di Kabupaten, Rusdi Masse Mappesessu belakangan ini, hanya diimbangi oleh Taufan Pawe Ketua Partai Golkar Sulsel yang 3 bulan terakhir terlihat rajin kunjungi DPD II Golkar dan menyapa rakyat di Kabupaten.
Era politik telah banyak berubah. Dengan mudah partai lama yg menguasai parlemen, bisa dengan cepat bergeser. Pun halnya dipilih esoknya ditinggalkan. Kuncinya, adalah merawat dukungan dan loyalitas massa yang kontiniu, bukan hanya pada saat moment tertentu saja.
Semakin banyak partai semakin banyak pilihannya publik. Hanya partai yang diakui telah berkontribusi ke rakyat yang akan dipilih. Nasdem Sulsel kini tengah mencoba konsisten dengan cita cita itu. Makkuaro dih!(*)