Literasi Ulama
Jaringan Ulama Tanah Mandar
Buku tersebut menyingkap jaringan ulama tanah Mandar, khususnya sejarah Masjid Raya Campalagian, qadhi, imam dan pengurus dari masa ke masa.
Oleh:
Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM - Peringatan 200 tahun Masjid Raya Campalagian dirangkaian dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan pada Rabu, 5 Oktober 2022 di Masjid Raya Campalagian.
Hadir membawakan hikmah maulid Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.
Disela kegiatan juga diluncurkan buku berjudul: Kaderisasi dan Jaringan Ulama Mekah, Yaman, Jawa, Kalimantan, Sulawesi abad 19-21 karya Prof Dr H Wajidi Sayadi.
Buku tersebut menyingkap jaringan ulama tanah Mandar, khususnya sejarah Masjid Raya Campalagian, qadhi, imam dan pengurus dari masa ke masa.
Periode Banua Parape 1790 yaitu; Puanna Lauma, Pu Djamilah, Pua Tjani, uaTipa dan Hadji Djannatong. Kemudian periode Kampung Masigi mulai Hadji Djannatong 1828-1833 hingga AGH. Dahlan Hamid 1987-2012.
Periode selanjutnya tidak lagi disebut qadhi. Masjid tersebut menjadi saksi sejarah episentrum keulamaan tanah Mandar.
Kaderisasi dan jaringan ulama tersambung hingga kini. Bedah buku dilakukan hari Jumat, 7 Oktober 2022 bada jumat dimasjid tersebut, pembicara utama Wajidi Sayadi sehari-hari Guru Besar IAIN Pontianak dan Wakil Ketua Umum MUI Kalbar.
Sedikitnya 35 ulama diulas dengan tapak perjuangannya diantaranya Sayyid Hasan Yamani, Sayyid Alwi Abdullah, AGH Abdul Hamid, Imam Lapeo dan AGH Maddepungeng.
Annanguru Madeppungeng (1884-1954). Beliau dikenal cinta ilmu hingga merantau ke Campalagian pada tahun 1903 berguru langsung pada Syekh Abdul Hamid yang kelak menjadi mertuanya.
Beliau mengaji pada sejumlah ulama haramain (Mekkah-Madinah), yakni Syekh Said Al-Yamani, Syekh Ghamma, Syekh Abdul Rasyid, Syekh Abdul Rauf, Yekh Hadarawi, Syekh Muhammad Dahlan dan Syekh Hamdana.
AGH. Madeppungeng mengembangkan pengajian di Campalagian secara rutin sejak kembali dari Mekkah tahun 1913 hingga 1954.
Di antara murid-murinya yang menjadi ulama diantaranya AGH Abdul Rahim, AGH Muhammadiyah, AGH Baharuddin, AGH Muhammad Zein, AGH Mahmud, AGH Mahdi, AGH Abdul Qadir, AGH Abdullah Madeppungeng, AGH.
Muh Dahlan Hamid, AGH Bohari Muhammadiyah, AGH Ahmad Syamsuddin, AGH Ahmad Zein, AGH Masud Abduh, AGH Mas’ud Buhaerah, AGH Sayyid Habib Shaleh, AGH Hasan, AGH Masud Rahman. Mereka berasal dari Tanah Mandar.
Sementara ulama dari luar yang belajar pada AGH. Madeppungeng berasal dari Pinrang, Parepare, Mangkoso-Barru dan Masalembu-Jatim, yaitu AGH Daeng, AGH Sayyid Abubakar, AGH Mustafa, AGH Abdul Latif, AGH Anas, AGH Lolo, AGH Muda, AGH Muh. Gessa, AGH Burhan, AGH Sanusi, AGH Abdul Razak, AGH Kadir Khalid, MA dan AGH Abdul Halim.
Tahun 1934. AGH Madeppungen bersama mertuanya, AGH Abdul Hamid mendirikan Pesantren dengan nama Madrasah Arabiyah Islamiyah sebagai Pendidikan diniyah formal yang sebelumnya berupa pengajian halaqah.(*)