Ngobrol Virtual Tribun Timur
Bagaimana Rebo Wekasan dari Sudut Pandang Islam? Berikut Penjelasan Akademisi Unhas
Rebo wekasan merupakan tradisi yang ada di Jawa. Tradisi tersebut dilakukan pada bulan Safar.
Penulis: Sayyid Zulfadli Saleh Wahab | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Rebo wekasan adalah hari rabu terakhir dalam bulan safar.
Rebo wekasan merupakan tradisi yang ada di Jawa. Tradisi tersebut dilakukan pada bulan Safar.
Kali ini, Ngobrol Virtual (Ngovi) program TribunTimur akan membahas Rebo Wekasan dari sudut pandang islam.
Menghadirkan narasumber, Dosen Agama Islam Unhas sekaligus Sosiologi Agama, Dr M Sabiq.
Dosen Agama Islam Unhas sekaligus Sosiologi Agama, Dr M Sabiq mengatakan dalam sejarah arab pada zaman jahiliyah termasuk bangsa arab bulan safar adalah bulan tasaum atau bulan sial.
Sampai saat ini sebagain ummat muslim masih mempercayai ungkapan tersebut.
"Seperti dikatakan tadi, masyarakat di Jawa turun-temurun menghindari hari Rabu bertepatan dengan tanggal 21 atau hari kesialan," ujarnya pada Ngobrol Virtual (Ngovi) program TribunTimur, Rabu (21/9/22).
Dijelaskan pada Rebo Wekasan ini beberapa masyarakat melakukan ritual-ritual.
"Dari beberapa sisi kalau itu dianggap sebagai motivasi, apakah itu menjadi pendorong atau semangat, saya rasa sah-sah saja," ucap Sabiq
"Tapi ada juga rebo wekasan menjadi mitos, sebagian besar ada larangan-larang di rebo wekasan ini," sambungnya.
Menurutnya, ada berbagai macam-macam pengertian di Jawa tentang Rebo Wekasan ini.
Sehingga kata dia, itu menjadi motovasi baginya dengan apa yang dia lakukan.
Salah satu tradisi yang masih dilakukan dan dilestarikan di Indonesia yaitu rebo wekasan.
Dalam bahasa Jawa, artinya sebuah proses, dalam proses ritual yang dilakukan setiap malam rabu di bulan safar.
Lanjutnya, ada juga tradisi Bugis- Makassar di bulan syura. Tradisinya seperti ada bubur-bubur.