Opini Abdul Karim
Opini Abdul Karim: Pertukaran
zaman Orde baru (Orba) berjaya, pertukaran pelajar, dan pertukaran pemuda cukup intens. Program pendidikan ini mirip-mirip kelas inspirasi zaman kini.
Oleh: Abdul Karim
Ketua Dewan Pengawas LAPAR Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM - Di zaman Orde baru (Orba) berjaya, pertukaran pelajar, dan pertukaran pemuda cukup intens. Program pendidikan ini sebenarnya mirip-mirip kelas inspirasi di zaman kini.
Mereka yang ditukar-tukar adalah pemuda-pemudi yang dianggap berprestasi oleh pemerintah.
Tentang apa dan bagaimana prestasinya, kita tak tahu. Yang kita tonton di layar TVRI adalah pertukaran-pertukaran pemuda/pelajar itu berlangsung kemilau dengan durasi waktu tertentu.
Ada yang ditukar didalam negeri sahaja. Artinya, pelajar di provinsi yang satu, ditukar ke propinsi yang lain.
Ada pula pertukaran level multi nasional. Pelajar/pemuda Indonesia kala itu, ditukar dengan pelajar/pemuda negara lain.
"Saling belajar, saling bertukar pengalaman", kata teorinya. Tetapi kita tak tahu, pengalaman apa yang ditukar-tukar saat itu.
Rekan saya yang mengais rejeki disektor informal lalu mengandai-andai. Ia mengkhayalkan pertukaran terjadi pula dizaman kini. Tetapi bukan pertukaran pelajar, bukan juga pertukaran pemuda.
Ia membayangkan pertukaran penderitaan walau sejenak. Ia mengimajinasikan bagaimana ia bertukar posisi dengan Bupati.
Sejenak ia menjadi Bupati, dan sekejap sang Bupati menjadi rakyat kebanyakan seperti diri rekanku ini. Ide ini terdengar gila. Tetapi mungkin masuk akal bila ide ini dibaca sebagai bentuk protes seorang warga negara.
Saban hari ia memikirkan pertukaran demikian. Ia pernah pula mengkhayalkan dirinya bertukar posisi dengan seorang pebisnis tajir.
Sehari saja pertukaran itu ia inginkan. Ia membayangkan dirinya duduk diatas oto alphard menuju hotel mewah untuk meeting dengan sesamanya pebisnis.
Dan pernah pula mengimajinasikan dirinya bertukar posisi sebentar sahaja dengan pengusaha papan tengah yang seringkali memenangkan tender-tender proyek di daerah-daerah.
Ia pernah pula mengkhayalkan dirinya bertukar nasib sejenak dengan wakil rakyat yang terhormat disana.
Ia memimpikan dirinya reses ke kampung-kampung berpidato, membagi cerita dan citra dihadapan warga kampung sekalipun warga tak faham apa yang dibincangkan.