BRI Antar Keripik Singkong Matoh Rambah Pasar Ekspor dan Ramaikan Festival Pasar Tong-Tong Belanda
Berkat ikuti event BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, Keripik Singkong Matoh akhirnya bisa rambah pasar internasional.
Penulis: Fransisca Andeska Gladiaventa | Editor: Mikhael Gewati
TRIBUN-TIMUR.COM - Camilan sehat keripik singkong dengan brand Matoh asal Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) sukses menjadi produk ekspor dan turut meramaikan Festival Tong-Tong di Belanda.
Sebagai informasi, Matoh adalah brand keripik singkong yang dibesarkan oleh PT Paretu Estu Guna. Matoh hadir dengan enam varian rasa, yaitu Keju, Original Soya, Manis Asin, Sambal Purut, Balado, dan Sea Salt.
Dua bulan lalu, Matoh juga baru saja merilis varian baru keripik dengan bahan dasar ubi rasa Cinnamon.
Factory Manager PT Paretu Estu Guna Muhammad Pujiono mengatakan, berdiri sejak 2013, Matoh merintis usaha dari mengubah gudang tembakau menjadi gudang tepung singkong gluten free.
Mendapatkan pasokan dari petani singkong di daerahnya, PT Paretu Estu Guna mencoba untuk membuat keripik singkong dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman pangan tersebut.
Muhammad Pujiono mengatakan, pengalaman jatuh bangun saat menjalankan usaha, mendorongnya untuk melakukan riset terhadap bibit singkong yang bagus sebagai bahan baku keripik.
Hingga pada 2013, PT Paretu Estu Guna mendapatkan varian bibit singkong yang cocok dari Kalimantan untuk diformulasikan menjadi makanan ringan.
“Kami membuat singkong dengan kualitas yang tinggi sebagai healthy snack dan hadirlah keripik singkong ini,” ujar Pujiono dalam keterangan persnya, Senin (12/9/2022).
Pujiono mengaku merasa terpanggil untuk memberdayakan petani di wilayah Bojonegoro. Pasalnya, banyak lahan pertanian di Bojonegoro yang mengalami gagal panen karena pengairan yang kurang.
Sementara itu, pertanian singkong perawatannya relatif mudah dan tidak memerlukan air yang banyak.
“Akhirnya kami berkolaborasi dengan beberapa petani, kami memberikan bibit yang kami ambil waktu panen. Jadi, keripik singkong dengan brand Matoh yang merupakan bahasa lokal Bojonegoro artinya bagus, sip, atau top. Gudang pun kami ubah dengan konsep food grade,” jelasnya.
Adapun dalam pemasaran Matoh, pihaknya menjalankan berbagai strategi. Salah satunya mengikuti Bank Rakyat Indonesia (BRI) usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, ajang untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).
Pada ajang tersebut ia juga mendapat kesempatan untuk mengikuti Festival Tong-Tong di Negeri Kincir Angin, Belanda.
Lebih lanjut, ia mengatakan, Matoh sudah diekspor sejak 2019 setelah rutin mengikuti program pelatihan ekspor dari pemerintah. Porsi ekspor Matoh mencapai 65 persen dari total produksi.
“Di dalam negeri, orang yang makan healthy snack itu masih relatif rendah. Matoh tidak mengandung bahan pengawet, gluten free, tidak menggunakan pewarna, bumbu yang digunakan terbuat dari rempah khas Indonesia yang menerapkan penanaman secara organik. Jadinya, Matoh ini merupakan premium healthy snack yang enak tapi juga menyehatkan,” katanya.