Pengemudi Ojol Mengeluh Harga BBM Naik, Presiden BEM UINAM Zulkarnain: Joko Widodo Gagal
Pemerintah sudah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Abdul Azis Alimuddin
"Semoga bisa ditinjau kembali dan harganya kembali ke semula," harapnya.
Sebelumnya, pemerintah sudah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter.
Lalu, Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, serta Pertamax non subsidi dari Rp12.500 per liter, menjadi Rp14.500 per liter.
Diketahui, kenaikan harga BBM menuai pro dan kontra di masyarakat.
Sebagian mahasiswa Makassar geram, akan disahkannya kebijakan tersebut.
Beberapa hari ke belakang, jalan-jalan di Makassar dipenuhi aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM.
Melalui acara Ngobrol Virtual, Tribun Timur mendatangkan dua aktivis mahasiswa untuk dimintai responnya mengenai kenaikan harga BBM.
Presiden BEM UIN Alauddin Makassar Zulkarnain mengatakan, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi menjadi pukulan bagi masyarakat Indonesia.
“Dengan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM untuk akan menambahkan beban masyarakat. Karena kami melihat BBM ini sifatnya multi effect, yang tentu akan merambat pada komiditas lain,” katanya, Minggu (4/9/2022).
Zulkarnain mencatat, kenaikan BBM berkisar di angka 70 persen.
Angka tersebut, menurutnya, harus ditanggung oleh 200 sampai 300 kendaraan pribadi yang dipakai masyarakat Makassar setiap harinya.
"Kenaikan BBM sangat tinggi, hampir 70 persen, kita ketahui per hari ada 200 sampai 300 kendaraan yang dipakai setiap harinya. Penduduk Sulsel khususnya juga masih banyak golongan menengah ke bawah," jelasnya.
Ia menilai Joko Widodo sebagai kepala negara gagal mengelola kesehjahteraan masyarakat.
Lanjut, Zulkarnain mengecam pemerintah untuk menganulir kebijakan tersebut dari peredaran.
Bahkan, pihaknya sudah mengancang-ancang, akan turun dengan gelombang massa aksi yang sangat besar jika permintaannya tidak di dengar pemerintah.
"Komunikasi yang sudah terbangun dengan Aliansi Mahasiswa Makassar akan turun dengan massa yang lebih banyak. Kami dari UIN total sekitar sampai 3000 sampai 5000 mahasiswa yang akan turun," jelasnya.(*)