Headline Tribun Timur
Choirul Anam: Ferdy Sambo Emosi Disinggung Magelang dan Saguling
Komnas HAM mendapat keterangan soal adanya motif pelecehan atau perselingkuhan dari sejumlah saksi yang periksa atas kasus pembunuhan Brigadir J.
Tapi kalo pertanyaan lain, landai. Jadi situasi penggalian pertanyaan ke teman ADC maupun PRT, asisten rumah tangga, sopir, nuansa psikologi maupun bahasa tubuhnya itu berbeda-beda.
Cerita awal disebutkan Bharada E seorang jago tembak, apa dalam pemeriksaan Komnas HAM juga meneliti backgroundnya?
Iya digali, tapi kami juga alat ikut menggali itu apakah dia paham. Kan begini kalau orang pegang senjata itu, tidak hanya memahami bisa nembak titik sasaran atau tidak. Tapi seberapa jauh dia memahami pistolnya, dengan kondisi anatomi tubuhnya.
Itu juga kita tanya, soal latihan berapa kali, kalau ditembak di ukuran 1,2, 3 itu kena nomor berapa? Pernah nembak orang atau tidak? Itu kami tanya. Tapi kan juga anatomi tubuh. Ketika kamu tanya, ini salah satu ya, nggak perlu sebutin namakan.
Kamu pegang senjata apa? Oh saya pegang glock? Kamu apa? HS. Kenapa milih glock? Kamu punya kebebasan nggak memilih? Saya sih kepingin merk yang lain Pak. Lho kenapa bisa merk yang lain? Kita tanya. Coba lihat anatomi jarimu, kalau anatomi jari begitu kamu lebih nyaman enggak?
Megang glock atau mengang HS? Karena karakternya berbeda. Oh harusnya saya pegang HS pak, tapi karena pilihannya ada cuma glock ya kita terima saja.
Jadi ada pertanyaan yang menguji pemahaman orang ini terhadap kebutuhan anatomi tubuhnya dengan senjata.
Kalau menurut Komnas HAM apa Bharada RE pegangannya glock 17? Meskipun dok menunjukkan dia izin pegang glock 17?
Kalau pertanyaan itu misalnya yang juga pertanyaan di publik, kok itu Bharada E pangkatnya masih pakai senjata elite. Katanya jago nembak dan sebagainya. Sebenarnya pertanyaan itu nggak bisa serta merta kita jawab, kalau enggak kita lihat pertubuhan karakter lukanya.
Nah karakter lukanya yang ada di Josua (Brigadir J) ini tidak karakter luka yang tembakannya terarah. Memang ada tembakan terarah misalnya kepala. Tapi ada yang di sini, di tangan. Itu juga bisa menandakan bahwa menembak dengan jarak pendek begitu, tidak terlalu jauh.
Bukan ahli? Bukan jago tembak? Atau memang orang yang gak biasa nembak? Bisa jadi. Jadi mengukur orang nggak bisa nembak bisa kita lihat, kalau kami analisis begitu tidak hanya dari orang yang nembak tapi dari sasarannya.
Nah waktu itu yang sekarang adalah memang rekam jejak di lantai di rumah TKP sama yang ada di alamarhum Josua. Karakter lukanya ya tidak pada sasaran yang menentukan untuk kematian. Karena ada luka tembak sini, pasti nggak mematikan. Nah itu memang nggak ahli.(*)