OJK
OJK Minta Perbankan ‘Move On’ dari Layanan Tradisional
Teguh Supangkat menjelaskan transformasi digital di sektor perbankan adalah awal dari suatu masa depan dan menjadi suatu keniscayaan.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perbankan nasional diminta harus siap bertransformasi. Salah satunya “move on” dari layanan tradisional.
Demikian diungkapkan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 1 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Teguh Supangkat saat Media Briefing POJK tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh Bank Umum yang digelar secara virtual, Kamis (4/8/2022).
Di awal pemaparannya, Teguh Supangkat menjelaskan transformasi digital di sektor perbankan adalah awal dari suatu masa depan dan menjadi suatu keniscayaan.
Menurutnya, tuntutan akselerasi digital di sektor perbankan semakin mengemuka dan sudah menjadi ekspektasi masyarakat dan dunia usaha.
“Dari sisi ini, kita mencermati bahwa pandemi Covid-19 merupakan blessing dan menjadi momentum perubahan pada berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat secara menyeluruh,” jelasnya.
Dipaparkan, pandemi dengan segala pembatasan sosial yang menyertainya menimbulkan tatanan baru (new normal) bagi masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi dan pola pembayarannya.
Pergeseran perilaku dan orientasi masyarakat dari physical ke arah virtual economy ini akan bersifat permanen. Termasuk tuntutan model layanan perbankan yang berbeda dari sebelumnya.
Teguh mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan keuangan yang revolusioner ini telah meningkatkan minat masyarakat untuk merasakan digital experience dalam setiap interaksinya dengan bank.
Mencermati hal ini, kata dia, menjadi keharusan bagi perbankan untuk melakukan digitalisasi pada semua aspek.
Termasuk aktivitas core-banking baik pada fungsi front-office, middle-office, dan back-office serta mengubah proses transaksi dari analog channels menjadi digital channels.
Lebih lanjut, kata Teguh, perubahan lingkungan bisnis yang dinamis sebagai dampak digitalisasi semakin menuntut bank untuk lebih berorientasi ke arah customer centric.
Itu melalui interaksi yang lebih intens dengan nasabah untuk memahami perilaku ekonominya.
“Tuntutan inovasi dan kelenturan dalam menyajikan produk dan layanan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan nasabah menjadi keharusan,” katanya.
“Dengan pola ini, nasabah dapat merasakan digital banking experience yang unique dan personalized,” sambungnya.
Teguh menilai dinamika-dinamika tersebut memberikan efek rembetan pada inovasi konektivitas dan kolaborasi bank dengan ecosystem baru yang membentuk ekonomi digital melalui pembentukan digital banking.
Oleh karena itu, lanjutnya, paradigma closed-banking yang sebelumnya menjadi dogma perbankan telah berubah pada pola open banking.
Itu dengan memanfaatkan berbagai infrastruktur pendukung seperti open API, cloud computing, artificial intelligence, machine learning dan lainnya.
Menyikapi perubahan lingkungan bisnis tersebut, dirinya meminta perbankan nasional harus siap bertransformasi.
“Bank yang belum ‘move on’ dan masih setia dengan layanan perbankan tradisionalnya, harus bersiap untuk tersisih dan harus rela didera flight to service ataupun flight to digital akibat ditinggalkan oleh nasabah yang beralih ke bank-bank yang memberikan layanan secara digital,” jelasnya.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita