Opini Muliaty Mastura Yusuf
UINAM dan Identitas Lokal
Universitas Islam Negeri Alauddin atau popular disebut dengan singkatan UINAM, lahir pada 10 November 1965.
Nilai-nilai pemikiran Sultan Alauddin tersebut –seperti tertuang dalam pidato pengukuhannya berjudul Identitas Lokal dan Tanggung Jawab Perguruan Tinggi, merupakan kebutuhan yang amat relevan dengan pengembangan dan kemajuan UINAM saat ini.
Mustari menegaskan arti penting dari sikap Sultan Alauddin untuk menjadi bekal dan dapat digunakan manakala merasakan haus terhadap solusi di tengah kesempitan melanda.
Visi kampus peradaban yang selama ini dibangun untuk masyarakat, sejatinya berkarakter pada nilai-nilai keadaban perjuangan tokoh lokal yang telah menjadi identitas UINAM itu.
Maka nilai sejarah sekaligus spiritualitas Sultan Alauddin dapat diejawantahkan dengan spirit, keuletan, kebersamaan, kesabaran, kecintaan, dan kesungguhan yang penuh tangggung jawab.
Sultan Alauddin sejatinya menjadi ramuan bagi pengembangan dan kemajuan UINAM, tidak hanya sebagai lips service, atau menjadikan namanya sekadar pemanis, tetapi banyak civitas akademika UINAM bahkan tidak mengenalnya. Pemihakan secara serius identitas lokal, menjadi indikator mendesak sekaligus strategis bagi pengembangan UINAM ke depan agar makin eksis, berdedikasi, berprestasi, dan berpengaruh tidak hanya secara nasional tapi juga di dunia internasional.
Apresiasi kepada tokoh Sultan Alauddin, tentu menjadi inspirasi kepada kita untuk mewujudkannya dalam bentuk kurikulum Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Hal ini sebagai manifestasi bahwa kita benar-benar berusaha menegaskan, meneguhkan, menguatkan, serta menggali nilai-nilai pemikiran Sultan Alauddin.
Selain itu, embrio dari wujud kampus peradaban adalah membangun new paradigm, new vision, moderasi sistem yang lebih profesional, menjadikan otokritik sebagai bahan introspeksi, berbenah, dan berubah menuju kampus peradaban.
UINAM akan terus maju jika kita kerja bersama, bersama-sama.(*)