Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Garuda Indonesia

Garuda Indonesia Lolos dari Jeratan Pailit, Mengapa Tidak Sama dengan Merpati Nusantara Airlines?

Mereka sepakat menerima usulan Garuda Indonesia, sehingga Perkara PKPU Garuda Indonesia dinyatakan Homologasi atau damai

Editor: AS Kambie
DOK PRIBADI
Andi M Isdar Yusuf, Pengamat Penerbangan 

Oleh:  Andi Isdar Yusuf

Pengamat Penerbangan

TRIBUN-TIMUR.COM - Diberitakan beberapa hari lalu, Garuda Indonesia lolos dari jeratan pailit.

Kalau saja rapat kreditur yang agenda proposal perdamaian ditolak, maka dapat dipastikan Garuda Indonesia akan bernasib sama dengan Merpati Nusantara Airlines.

Beruntung saja, rapat Kreditur, untuk proposal perdamaian yang diajukan Management Garuda disetujui 95 persen Kreditur dari total Tagihan yang terverifikasi atau sesuai daftar tagihan tetap.

Rapat dipimpin Hakim Pengawas, dihadiri Pengurus PKPU dan Pihak Manajemen beserta para Kreditur.

Mereka sepakat menerima usulan Garuda Indonesia, sehingga Perkara PKPU Garuda Indonesia dinyatakan Homologasi atau damai antara pemilik Tagihan/Kreditur dan penerima Utang/Debitur.

Perdamaian atau Homolagasi, bukan berarti Management Garuda Indonesia aman dari gugatan Kreditur, tetapi sewaktu waktu, manakala isi dari perdamaian tidak dapat di jalankan, maka dengan sendirinya status damai bisa menjadi malapetaka, dan berakhir pailit.

Saya berharap Garuda Indonesia tidak mengikuti jejak Thai Airways penerbangan Nasional milik Thailand, Thai Air Asia X perusahaan penerbangan swasta Thailand dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga mereka, dengan alasan pandemic covid 19 dan Merpati Nusantara Airlines Penerbangan Perintis Nasional, terlebih dahulu dinyatakan pailit oleh Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya.

Hiruk pikuk tentang pertikaian tagihan kepada management Garuda Indonesia di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tidak membuat para karyawan khususnya flight Deck, : Pilot dan Pramugari surut untuk terbang sesuai dengan schedule.

Sebut saja Captain Marvil salah seorang Pilot senior yang jam terbangnya puluhan ribu jam, dalam masa karir di Penerbangan.

Sebetulnya Captaian Marvil memulai karir pilotnya dari Insruktur di Curuk: Sekolah Penerbagan Milik Pemerintah yang banyak alumninya menjadi Pilot Handal di seantero Dunia. Bosan jadi Instruktur dan mengantongin multi ratting Type Aircraft dapat dengan mudah diterima di Garuda Indonesia Airlines.

Jam menunjukkan 2.00 Pagi, masih nyeyak tidur sebagian penghuni Ibukota, Captain Marvil, sudah harus bangun prepare flight schedule karena tiba-tiba mendapat telpon dari Operation garuda Indonesia, harus terbang ke Ujung Pandang, sebagai Pilot Pengganti, karena Pilot yang mesti terbang mengalami flue berat, dan Aturan perusahaan melarang seorang Pilot untuk on duty dalam keadaan Flue berat.

Hesty sebagai Purser(Chief of Cabin Crew) sudah berada di Pantry Pesawat Boeing 737-800, mempersiapkan macam-macam jenis makanan ringan untuk VIP Pax, jam sudah menunjukkan 4.30 pagi, Yanti sebagai Cabin One sudah melapor ke Mbak Hesty "Cabin Ready ya". Penumpang siap-siap untuk Boarding. Ting Tong Bunyi bel dengan tanda lampu warna Orange di atas kepala Mbak Hesty, menandakan Captain Marvil menanyakan kesiapan Cabin untuk Boarding, segera di jawab oleh Mbak Hesty, Capt “Cabin Ready for boarding”.

Waktu menunjukkan 4.40 pagi di Cengkareng, para PAX ;Penumpang semua sudah berada di atas pesawat, Ting Tong Mbak Hesty melaporkan by interphone ke Capt… "All Pax onboard".

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rusuh

 

Rusuh

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved