Lewat Program DBS, Yayasan Hadji Kalla Dorong Perekonomian 11 Desa di 4 Provinsi
program kerja yang akan dijalankan oleh Yayasan Hadji Kalla di tahun ini akan dibuat berbagai pelatihan untuk pengolahan komoditi lokal
Penulis: Rudi Salam | Editor: Waode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Yayasan Hadji Kalla siap untuk memulai pembinaan di 11 desa binaan melalui Program Desa Bangkit Sejahtera (DBS) 2022 yang berada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Kesebelas desa tersebut termasuk ke dalam kategori desa dengan Indeks Desa Membangun (IDM) di bawah rata-rata angka standarisasi nasional untuk desa kategori sangat tertinggal.
Adapun 11 desa yang dimaksud yakni di Kabupaten Bone meliputi Desa Mattirowalie, Desa Baringeng, Desa Tompobulu, dan Desa Poleonro.
Lalu Kabupaten Soppeng yakni di Desa Sering, Kabupaten Wajo di Desa Tajo.
Selanjutnya Kabupaten Polman di Desa Sattoko dan di Desa Kurrak, Kabuapten Konawe di Desa Kasumewuho.
Kemudian Kabupaten Parigi Mutong di Desa Tanampedagi, dan Kabupaten Kolaka Timur di Desa Adadadio.
Officer Bidang Ekonomi Sosial Yayasan Hadji Kalla, Heryanto mengatakan bahwa setiap desa yang dipilih mempunyai komoditi unggulan yang bisa dikembangkan.
Hal tersebut juga akan menjadi fokus program di tahun ini dengan tujuan akhir agar desa bisa menghasilkan produk olahan dari komoditi unggulan tersebut secara mandiri.
“Apa yang dilakukan Yayasan Hadji Kalla melalui program DBS ini bisa menjadi alternatif solusi pembangunan desa yang digalakkan pemerintah yang juga tentu bisa membantu pemerintah dalam langkah pembangunan desa,” kata Heryanto, via rilis, Selasa (24/5/2022).
Adapun program kerja yang akan dijalankan oleh Yayasan Hadji Kalla di tahun ini akan dibuat berbagai pelatihan untuk pengolahan komoditi lokal, kerajinan hingga pelatihan mitigasi bencana untuk warga desa.
Targetnya adalah untuk meningkatkan nilai IDM desa agar bisa lebih baik dan mendapat peningkatan.
Para fasilitator akan menjalankan berbagai strategi capaian target kinerja melalui IDM, penggunaan dana desa, strategi perencanaan.
Juga pendampingan dan pembangunan desa melalui IDM serta strategi komunikasi dengan pemerintah desa dalam memaksimalkan program kerja.
Desa yang mendapat pendampingan akan ada dua orang pendamping atau fasilitator dari Yayasan Hadji Kalla yang telah berpengalaman dan sukses melakukan pembinaan di desa-desa sebelumnya.
Fasilitator desa tersebut siap untuk bersinergi dan melaksanakan tugas pembinaan dan pendampingan masyarakat desa dengan sistem rotasi.
Salah seorang tenaga field facilitator desa Yayasan Hadji Kalla, Akhsan berharap dengan dimulainya program kerja di tahun 2022 ini, bisa semakin membantu desa-desa.
“Kami berharap bahwa dengan dimulainya program kerja di tahun 2022 ini, bisa semakin membantu desa-desa yang berkategori sangat tertinggal untuk terus belajar dan berkembang baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya hingga nilai-nilai keagamaan,” harap Akhsan.
Dari kesebelas desa yang ada, semuanya termasuk desa baru.
Untuk diketahui, tahun ini Yayasan Hadji Kalla melakukan inovasi dengan merekrut fasilitator lokal atau orang yang berasal dari wilayah provinsi di mana desa binaan berada, yakni dari Sulteng dan Sultra.
Hal tersebut tentunya untuk mengoptimalkan program kerja yang akan dijalankan.