Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Aisyiyah dan Perempuan Berkemajuan

‘Aisyiyah adalah Ormas pergerakan perempuan pertama di Indonesia dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta.

Editor: Sudirman
munjiyah/tribunpangkep.com
Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulsel Nurhayati Azis di Aula Gedung Aisyiyah Pangkep, Jl Andi Mauraga Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep, Sulsel, Kamis (29/12/2016). 

Oleh: Dr Nurhayati Azis SE MSi

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMI Makassar/Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan 2015-2022

‘Aisyiyah adalah Ormas pergerakan perempuan pertama di Indonesia dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta.

Pada usianya yang ke 105 tahun, telah banyak karya dan rekam jejak yang telah ditorehkan kepada bangsa ini.

Sebagai organisasi otonom khusus dalam persyarikatan Muhammadiyah, leading sektor program utama Aisyiyah di bidang ; pendidikan, pembinaan, pemberdayaan perempuan / putri-putri muslim, agar maju dan mampu menjawab tuntutan zaman.

Sejarah kelahiran ‘Aisyiyah sebagai Ormas perempuan tertua di Indonesia, tidak terlepas dari peran KH Ahmad Dahlan dan istrinya Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah).

Kondisi sosial dan budaya pada saat itu, diliputi keterbelakangan pendidikan dan pemahaman agama serta pembatasan peran perempuan di ruang publik, membuat Nyai Dahlan terpanggil mendirikan ‘Aisyiyah.

Dengan anggota pertama sebanyak 6 orang yang berasal dari kalangan keluarga dekat anggota Muhammadiyah dan berusia remaja, ‘Aisyiyah mulai terbentuk dan mengukir jalan sejarah perjuangannya.

Kini pada usianya yang ke 105, struktur organisasi dan amal usaha ‘Aisyiyah telah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia.

Mulai dari Taman Kanak-Kanak, Penerbitan Majalah, Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan Anak Yatim, Rumah Jompo, Pondok Pesantren Putri, Sekolah Tingkat SMP / SMA, Rumah Sakit Ibu dan Anak serta Perguruan Tinggi.

Atas jasa dan pengabdian sosial yang luar biasa tersebut, Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah sebagai pendiri ‘Aisyiyah diberi penghargaan oleh Pemerintah RI sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 10 November 1971 sebagai pejuang emansipasi perempuan, seperti RA Kartini, Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia.

Perempuan Berkemajuan

Ajaran Islam yang berkemajuan menjadi landasan nilai perjuangan dan inspirasi ‘Aisyiyah dalam kiprahnya.

Peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan adalah sederajat meskipun mempunyai kodrat dan fungsi yang berbeda.

Kesetaraan gender yang diperjuangkan para kaum feminis dan aktifis perempuan sedunia saat ini, sejak awal kehadiran ‘Aisyiyah telah menyuarakan hal tersebut.

Dalam Al-Quran, kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai mahluk dan khalifah Allah SWT di dunia adalah sama dan sederajat dalam melakukan kerja-kerja amaliah : “Dan siapa pun yang melakukan kebaikan, baik laki-laki atau perempuan dan dia beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikit pun” (QS An-Nisa : 124).

Pada ayat yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya :”Siapa pun yang melakukan kebaikan, baik itu laki-laki atau perempuan dan dia beriman, Kami (Allah) pasti akan memberikan kehidupan yang baik dan menyenangkan dengan ganjaran yang lebih baik daripada yang diamalkan” (QS An-Nahl : 97).

Dalam konteks perempuan berkemajuan, ‘Aisyiyah berjuang agar cara berpikir perempuan dan kondisi kehidupannya maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi secara struktural, budaya dan sosial.

Sehingga kaum perempuan mampu mengaktualkan keimanan dan ketaqwannya dalam bentuk amal shaleh atau muamalah duniawi di ruang publik, sebagai bentuk kesadaran atas tugas kekhalifahannya di permukaan bumi.

Visi perempuan Islam berkemajuan yang hendak dicapai ‘Aisyiyah dalam pergerakannya adalah ; a. Pengembangan semangat keilmuan, b.

Penguatan keluarga sakinah, c. Pengembangan ekonomi keluarga, d. Peran keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan, e. Penguatan organisasi, ideologi dan kepemimpinan.

Kiprah organisasi ‘Aisyiyah yang telah berusia lebih seabad, akan lebih berperan lebih besar dalam mewujudkan visi dan misinya jika ditunjang oleh semangat anggota dan ummat yang sadar akan tanggung jawabnya.

Utamanya di era disrupsi dan teknologi 4.0 hari ini, yang merombak dengan cepat tatanan kehidupan sosial, struktural dan produksi manusia dan organisasinya.

Hanya ummat dan manusia yang sadar akan tanggung jawabnya, yang akan berperan dan mampu membuat karya-karya kemanusiaan yang akan dikenang dan berguna sepanjang masa.

Bangkitlah Perempuan Indonesia!(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Financial Wellness

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved